14 April, 2016

Cara mengatasi hama pada kolam ikan budidaya secara alami.

      Hama adalah sumber utama kegagalan dalam melakukan budidaya pertanian, peternakan dan perikanan.
Hama pengganggu seperti ini sangat merugikan dalam proses budidaya ikan, karena kehadirannya akan menjadi predator atau inang penyakit dan akibatnya akan merusak serta menurunkan hasil produksi.
Definisi dari hama ikan itu sendiri adalah sekelompok hewan berukuran yang lebih kecil, sama atau lebih besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Secara umum, hama ikan dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat hidupnya diantaranya adalah predator, competitor dan Pengganggu/ pencuri.

Predator
Predator secara harfiah diartikan sebagai pemangsa. Pada dasarnya predator adalah binatang yang sifatnya karnivora (pemakan daging) dengan cara memangsa atau menyantap targetnya. Predator sejatinya selalu memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya atau kalau predatornya berukuran kecil, biasanya memiliki “senjata” yang mematikan seperti bisa, racun dan sejenisnya. Predator yang berukuran jauh lebih besar dari mangsanya, biasanya memangsa santapan dalam jumlah banyak dan biasanya dilakukan berkali-kali. Predator ini hidup menetap di kolam atau di lingkungan sekitar areal budidaya walaupun ada juga yang sekedar mampir di areal budidaya tersebut dalam rangka mencari makan atau bermigrasi (berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya).
Predator adalah hewan pemangsa yang secara sengaja maupun tidak sengaja masuk ke areal budidaya ikan dan memangsa ikan yang dibudidayakan. Jenisnya dapat berupa ikan yang lebih besar, hewan air jenis lain, hewan darat dan beberapa jenis serangga/insekta air. Contohnya ikan baung (Mystus nemurus), lele (Clarias batrachus), kakap (Lates calcalifer), bulan-bulan (Megalops cyprinides), ikan gabus atau pemangsa lainnya seperti berang-berang, ular atau burung (seperti bangau, kuntul, blekok, ibis,burung raja udang, dsb.) anjing, katak pada fase dewasa dan lain-lain.

Kompetitor
Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. Hama ini tidak dikehendaki keberadaannya dalam wadah atau areal budidaya. Kompetitor yang sering menyebabkan terjadinya persaingan dalam memperoleh pakan adalah ikan mujair (Tilapia mossambica). Spesies ikan mujair ini selain rakus juga mudah berkembang biak, sehingga populasinya di dalam kolam akan meningkat dengan cepat, sehingga ikan budidaya menjadi terganggu, lambat pertumbuhannya dan dapat menyebabkan kematian.
Masuknya jenis organisme lain ke kolam pemeliharaan merupakan kompetitor selain dapat menyebabkan terjadinya persaingan untuk mendapatkan pakan juga akan menyebabkan terjadinya kompetisi untuk memperoleh oksigen dan ruang gerak, sehingga kompetisi yang terjadi adalah kompetisi biological requirement, yakni ruang dan makanan. Contoh hama kompetitor lainnya adalah jenis ketam, seperti yuyu (Saesarma spp.), kepiting (Scylla serrata), katak (pada fase berudu), keong dan sebagainya.

Pengganggu/ Pencuri
Pengganggu adalah organisme atau aktivitas lain diluar ikan budidaya yang keberadaannya dapat mengganggu ikan budidaya. Perlakuan manusia yang kurang baik dalam mengelola ikan dapat dikategorikan sebagai pengganggu, seperti saat sampling yang tidak sesuai aturan atau cara panen yang kurang baik. Selain itu, ada juga literatur yang mengelompokkan hama ketiga ini dalam istilah ”pencuri” yang merupakan hama menakutkan bagi petani ikan.

      Selain hama predator, kompetitor dan pengganggu/ pencuri, terdapat pula sekelompok hewan yang dapat digolongkan ke dalam insekta air yang membahayakan ikan budidaya yang dikenal dengan istilah predator kelompok serangga air. Golongan insekta air ini biasanya ditemukan di areal pembenihan dan pendederan ikan di mana golongan hewan ini akan menyerang dan memangsa larva dan benih ikan.
Sementara itu untuk predator benih ikan, ada yang hidup di air bersama ikan yang dipelihara dan ada pula yang hidup di darat (di luar kolam ikan). Predator benih ikan ini ada yang tinggal menetap di sekitar kolam dan ada pula yang hanya sekedar lewat dalam rangka migrasi. Dalam prakteknya, predator benih ikan, ada yang memakan atau menyantap langsung benih ikan secara utuh dan ada pula yang mematikan target terlebih dahulu beberapa waktu kemudian dimakan setelah menjadi bangkai. Selain itu, ada juga predator benih ikan yang hanya mematikan benih ikan untuk dihisap darah atau cairan tubuhnya, sementara tubuh benih yang sudah mati tidak dimakan tetapi dibiarkan begitu saja.
Predator benih ikan umumnya merupakan binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu atau mengancam kehidupan ikan. Benih ikan yang berukuran kecil dengan kondisi tubuh yang masih lemah dan cenderung hidup berkelompok, maka benih ikan merupakan santapan empuk sang predator ketimbang ikan yang sudah berukuran dewasa. Selain itu, benih yang masih berukuran kecil tidak mampu menghindar apalagi melakukan perlawanan terhadap predator. Beberapa contoh insekta tersebut adalah : kini-kini (dari larva capung Odonanta); ucrit (Peupeundeuyan) dari larva Cybister (kumbang air); kelompok ordo Hemiptera yaitu Notonecta spp. (bebeasan), Corixa spp. (Famili Corixidae), Nepa spp. (Famili Nepidae), Belestoma indicum (Famili Belestematidae) dan lintah.
Sementara itu, khususnya untuk hama yang menyerang ikan hias dibedakan dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu hama kompetitor dan hama predator. Hama kompetitor biasanya berupa ikan yang mudah berkembang biak seperti ikan guppy dan mujair sedangkan hama predator pada ikan hias adalah kucing, ular, ikan lele, ikan gabus dan burung.
Sementara itu, ada juga ahli dan pengamat budidaya perikanan khususnya dalam pembenihan ikan mengidentifikasi tersendiri jenis predator pada ikan tersebut. Kategorinya adalah :
Predator kelompok Hewan Besar seperti buaya, biawak, ular, katak, burung, labi-labi dan sebagainya.
Predator ikan buas seperti ikan gabus dan belut.
Predator kelompok hewan kecil (serangga air) seperti ucrit, notonecta, dan kini-kini.
Apapun bentuk serangan hama baik predator, kompetitor dan pengganggu ternyata berdampak besar dan dapat pula mengancam kelangsungan usaha budidaya. Terutama jika jumlah hama yang menyerang selain berkelompok juga dalam jumlah besar sehingga tingkat kematian ikan budidaya tinggi. Walaupun sampai saat ini belum ada yang mencoba menghitung seberapa besar tingkat kematian akibat adanya hama di areal budidaya, tetapi dari tingginya tingkat kematian yang dapat disebabkannya, terutama dari golongan predator maka dapat diyakini bahwa keberadaan hama dapat menimbulkan kerugian di dalam usaha budidaya ikan atau udang. (NDK)
Berikut adalah cara sederhana mengatasi hama pada kolam.

1. Akar Tuba/jenu (Derris eliptica Roxb.Benth)
a. Kandungan Kimia : akar tuba mengandung alkaloid, saponin, falvonoid, tanin, dan polifenol. Salah satu produksi metabolit sekunder yang dikandung oleh tanaman tuba adalah rotenon (C23H22O6) , kandungan rotenono tertinggi terdapat pada akar­, yaitu 0,3-12% rotenon merupakan racun perut dan kontak tetapi bersifat sistemik.
b. Bagian yang digunakan : seluruh tanaman
c. Aplikasi
Akar tuba dapat sebagai racun serangga, akar ini untuk membunuh predator sebelum pendederan atau pembesaran.

2. Ketepeng (Cassia alata L )
a. Kandungan Kimia : kulit kayu mengandung aloe-emodin, asam krosofanat, resin, krisofanol, dan seng. Sementara asam oleat terkandung dalam biji.
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Aplikasi
Untuk membunuh predator dikolam, caranya setelah kolam dikeringkan aliri kolam dengan air hingga mencapai ketinggian 15 cm. Setelah itu ambil daun ketepeng sebanyak 4 kg untuk kolam seluas 100 m2 . Daun ketepeng diremas-remas didalam ember yang berisi air, lalu disaring kemudian hasil saringan tersebut dimasukan ke dalam kolam.

3. Liridiah / Gamal (Glyriceridia sephium)
a. Kandungan Kimia : daun mengandung saponin, flavanoid, dan polifenol
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Aplikasi
Untuk membunuh predator dikolam, caranya setelah kolam dikeringkan aliri kolam dengan air hingga mencapai ketinggian 15 cm. Setelah itu ambil daun liridiyah sebanyak 6 kg untuk kolam seluas 100 m2 . daun ketepeng diremas-remas didalam ember yang berisi air, lalu disaring kemudian hasil saringan tersebut dimasukan ke dalam kolam.

4. Nanas (Ananas comosus Merr)
a. Kandungan Kimia : daun, buah, akar mengandung saponin,flavanoid, dan polifenol.
b. Bagian yang digunakan : buah
c. Aplikasi
Nanas dapat memberantas kepiting. Hewan ini sering merusak tanggul kolam. Caranya nanas dicacah sampai lembut, lalu cacahan itu diaduk aduk ketanah dengan radius 0,5 m disekitar lubang kepiting, dengan cara ini kepiting yang bersembunyi dalam tanah akan mati. Dengan menanam nanas ditanggul kolam dapat mencegah kepiting datang.

5. Teh (Thea sinensis)
a. Kandungan Kimia : biji teh mengandung saponin 10-13% sehingga penggunaannya sebagai racun disarankan sebanyak 15-18 kg/ha. Tepung biji teh mempunyai kandungan saponin lebih rendah sehingga dosis harus lebih besar sekitar 150-180 kg/ha
b. Bagian yang digunakan : biji
c. Aplikasi
Selain digunakan sebagai pemupukan juga dapat dilakukan sebagai racun membunuh predator atau pesaing makanan dikolam. Sebelum dicampurkan biji teh dikeringkan atau digiling halus. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal bungkil teh direndam selama semalam,airnya tak perlu disaring karena sisa bijinya dapat sebagai pupuk.

6. Tefrosia (Tefhrosia vogelii Hook)
a. Kandungan Kimia : komponen aktif adalah tephorosin dan deguelin yang merupakan senyawa isomer dan rotenon.
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Aplikasi
Sangat beracun terhadap keong mas, caranya, daun dihaluskan lalu dicampur dengan air dan ditambah sedikit ditergen. Pemakaian konsentrasi 1% dapat mematikan keong mas. Selain obat hama daunnya juga berguna sebagai pupuk hijau.

7. Sembung (Blumea balsamifera D.C)
a. Kandungan Kimia : daun sembung mengandung boneol, sineol, limonen, dan dimetil eter florosetofenon.
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Aplikasi
Daun dihaluskan lalu dicampur dengan air. Pada konsentrasi 1%, larutan daun dalam air ditambah 0,1% deterjen cair mengakibatkan 50% kematian populasi keong.

8. Tembakau (Nicotiana tabcum L)
a. Kandungan Kimia : tembakau mengandung bahan beracun yang disebut nikotin. Konsentrasi tertinggi terdapat pada ranting dan tulang daun. Kandungan lain adalah saponin, alkaloid, flavanoid, dan polifenol.
b. Bagian yang digunakan : daun dan batang
c. Aplikasi
Umumnya yang digunakan adalah daun tetapi agar lebih praktis peternak biasanya menyertakan batangnya. Tembakau efektif untuk memberantas hama, seperti cacing polichaeta atau trisipan.
Daun digunakan langsung atau dihaluskan terlebih dahulu, cara lain dikeringkan terlebih alu di haluskan menjadi bentuk tepung.
Dosis yang dianjurkan 300-400 kg/ha luas kolam.air dikurangi ketinggian 5-10 cm. Selanjutnya serbuk ditebar secara merata keseluruh permukaan kolam.

     Demikian sedikit informasi mengenai cara mengatasi hama pada kolam ikan budidaya.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terima kasih.

No comments:

Post a Comment

Sukai dan tinggalkan komentar anda ?