10 May, 2016

Cara beternak Cacing tanah dan cara memanfaatkannya.

      Cacing adalah salah satu hewan penghancur bahan organik dan memiliki kemampuan memperbaiki aerasi dan struktur tanah dengan baik.
Cacing tanah diketahui dapat  meningkatkan populasi mikroba menguntungkan dan akibatnya dapat menjadikan lahan menjadi subur serta dapat membantu tanaman menyerap nutrisi pada tanah dengan maksimal.
Keberadaan cacing tanah seperti Lumbricus rubellus juga dapat meningkatkan konsentrasi produksi vitamin B12 dan mikroorganisme di dalam tanah.
Keuntungannya hasil jelai meningkat dan peningkatan volume didukung oleh bahan organik untuk cacing tanah itu sendiri.
Cara ini merupakan hubungan umpan balik positif (simbiose mutualisme) antara mikroorganisme dan Lumbricus rubellus.

     Cacing adalah hewan hermafrodit yaitu mempunyai kedua jenis organ kelamin ganda untuk berkembang biak.
Hewan ini tidak memiliki eksoskeleton
Cacing tanah merupakan nama umum untuk anggota dari Oligochaeta dan di masukan kedalam ordo Opisthopora, karena atas dasar pori-pori jantan membuka posterior ke pori-pori betina, meskipun segmen jantan internal anterior ke betina. Berikut adalah klasifikasi ilmiah cacing tanah lebih lengkapnya.

Cacing tanah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan  :  Animalia
Filum  :  Annelida
Kelas  :  Oligochaeta
Upakelas  :  Haplotaxida
Ordo  :  Megadrilacea
Upaordo  :  Lumbricina + Moniligastrida
NODC v. 8.0, 1996
Familia
Acanthodrilidae
Ailoscolecidae
Almidae
Benhamiinae
Criodrilidae
Diplocardiinae
Eudrilidae
Exxidae
Glossoscolecidae
Hormogastridae
Kynotidae
Lumbricidae
Lutodrilidae
Megascolecidae
Microchaetidae
Moniligastridae
Ocnerodrilidae
Octochaetidae
Octochaetinae
Sparganophilidae
Tumakidae.

     Cacing tanah adalah hewan yang hidup menggunakan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal avolusi.
Karena hewan ini dapat menghadapi tekanan mikrooganisme patogen dilingkungan tempat tinggalnya.
Menurut hasil penelitian, hewan ini memiliki kekebalan hormonal dan mekanisme selular, selain itu cairan selom pada hewan ini mengandung lebih dari 40 macam protein dan pemeran aktivitas biologis seperti cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.

    Aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah telah diteliti dari selom foetida Eisenia Andrei.
Kemudian diperoleh dua protein, bernama Fetidins dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan oleh fetidins.

    Foetida Eisenia cacing tanah jenis Lumbricus rubellus telah mengidentifikasi pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) yaitu mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik dan semua ini terdapat pada agen anti bakteri Lumbricin 1 dan Lumbricin 2.
Sedangkan lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein yang bekerja memberikan cytolytic hemolitik, antibakteri serta membran-permeabilizing properti.

    Protein dalam cacing tanah memiliki mekanisme anti mikroba, namun cara kerjanya berbeda dengan mekanisme antibiotik.
Antibiotik membunuh mikrorganisme tanpa merusak jaringan tubuh.
Antibiotik membunuh mikrooganisme dengan 2 cara yaitu menghentikan jalur metabolik penghasil nutrient yang dibutuhkan oleh mikrooganisme dan menghambat enzim spesifik dalam penyusunan dinding sel pada bakteri.
Mekanisme protein cacing tanah dapat membuat pori-pori ke dinding sel bakteri.
Kemudian sitoplasma sel bakteri  menjadi terpapar oleh lingkungan luar serta dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian.
Akibat dari kerusakan pada struktur sel milik bakteri dapat menyebabkan bakteri lebih sulit untuk menjadi resisten kembali.

      Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih.
Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.
Cacing jenis ini bila dialam liar bentuknya kalah saing dengan cacing jenis lain.
Jika di ternakkan dapat melebihi ukuran aslinya.

     Cacing tanah memiliki 1800 jenis yang dikenal oleh para ilmuwan, namun hanya 2 jenis yang dipakai dalam proses pembuatan pupuk organik yaitu jenis cacing Lumbricus Rubellus dan Eisenia Fetida (cacing Tiger).
Kedua cacing ini sangat mudah diternakkan, karena cara berkembang biaknya sangat cepat dibandingkan dengan cacing jenis lainya.

   Jika ditinjau dari uraian diatas, cara beternak cacing tanah dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai usaha sampingan dan dapat mendongkrak pendapatan ekonomi keluarga secara berkesinambungan.
Namun jika ingin menekuni peluang usaha ini dan mengolahnya mulai dari proses produksi dari hulu hingga kehilir, maka keuntungannya pun dapat berlipat-lipat.
Berikut adalah cara sederhana beternak cacing tanah.

Pemilihan media tanam, bibit dan pembuatan kandang.
    Langkah awal untuk membudidayakan cacing adalah mempersiapkan sarana dan peralatan.
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m dan di dalamnya dibuatkan rak-rak bertingkat sebagai sarana pembiakan atau wadah-wadah pemeliharaan.
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah, kotoran hewan, dedaunan/buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran, kardus, kayu lapuk, bubur kayu.
Cara membuat sarang semua bahan diaduk-aduk sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit kecuali kotoran ternak.
Kemudian bahan campuran dan kotaran ternak tadi dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
Apabila media pemeliharaan telah dipersiapkan serta bibit cacing tanah telah tersedia, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan.
Penanaman bibit cacing harus dicoba beberapa terlebih dahulu, kemudian diamati, apakah bibit itu masuk kedalam media atau tidak.
Jika dari hasil pengamatan bibit cacing terlihat masuk kedalam media, maka semua bibit dapat dimasukan kedalam media.
Setiap 2-4 jam sekali harus dilihat, karena pada masa ini mungkin saja ada bibit yang masih berkeliaran atau pergi meninggalkan media.
Bibit cacing tanah yang ada, tidaklah sekaligus dimasukkan ke dalam media, namun harus dicoba sedikit demi sedikit.
Beberapa bibit cacing tanah diletakkan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media.
Jika dalam waktu 12 jam bibit cacing tidak ada satu pun meninggalkan wadah/ media, maka dapat dipastikan bahwa bibit cacing  tersebut betah dan media sudah cocok.
Jika sebaliknya, maka media tidak cocok, tandanya cacing akan berkeliaran di permukaan media.
Solusinya adalah media harus segera diganti dengan yang baru.

   Hasil sepasang perkawinan cacing tanah akan menghasilkan satu kokon berisi telur-telur berbentuk lonjong dan berdiameter antara 1/3 besarnya kepala korek api.
Kemudian kokon ini harus dilakukan ditempat lambab dan antara waktu 14-21 hari kokon akan menetas.
Pada setiap kokon akan menghasilkan sekitar 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
100 ekor cacing ekor cacing diperkirakan dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu setahun.
Cacing tanah dewasa akan terlihat pada usia antara 2-3 bulan dan ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan.
Setelah perkawinan selama 7-10 hari maka cacing dewawa akan menghasilkan 1 kokon.

Pemberian pakan.
   Barikan pakaan 1 kali sehari semalam dan banyaknya harus disesuaikan dengan berat bibit yang dipelihara dalam 1 petinya.
Contoh;
Jika bibit yang dipelihara dalam 1 peti berbobot 1 ons, maka pakan yang diberikan harus berbobot 1 ons pula.
Pakannya berupa kotoran hewan, hal ini tidak termasuk dengan media tanamnya.
Cara mengolah pakannya adalah kotoran hewan tersebut harus dihancurkan terlebih dahulu dengan cara ditubuk atau dihaluskan menggunakan blender.
Kemudian bubuk ditaburkan pada permukaan peti, kacuali 2/3 permukaan peti yang tidak ditaburi.

Hama.
    Dibawah ini adalah beberapa jenis hama cacing yang harus diwaspadai saat membudidayakannya seperti.
Semut, Kumbang, Burung, Lipan, Tikus, Katak, Tupai, Ayam, Itik, Mentok, Ular dan Angsa.
Namun dari beberapa jenis hama tersebut, Semut adalah hama yang paling banyak ditemukan.
Oleh sebab itu pengontrolan berkala harus sering dilakukan.

Cara panen.
   Cara panen cacing dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti menggunakan bantuan cahaya lampu pijar, neon dan cahaya matahari.
Caranya;
Nyalakan lampu pada permukaan peti kira-kira ±30 cm dari permukaan tanah peti dengan waktu 2-5 menit. Lamanya pemanasan ini tergantung dari suhu yang ada diluar kandang.
Bila cacing sudah terlihat mengumpul, maka lampu dapat dimatikan.
Kemudian cacing dapat diambil dengan mudah dan singkat.
Jika menggunakan cahaya matahari jangan diletakan langsung pada sentuhan cahaya.
Karena dapat mempengaruhi kwalitas hasil panen dan buruknya dapat membunuh, Sebab cacing sangat rentan terhadap perubahan suhu.

Manfaat cacing untuk kesehatan.
   Cacing jenis Lumbricus Rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi sekitar 76%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau pun daging ikan (50%).
Dari beberapa penelitian telah membuktikan selain adanya daya antibakteri. Protein hasil ekstrasi cacing tanah diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella thyp.
Selain itu penjelasan lain yang dikutip dari beberapa penelitian dan dari sumber-sumber para ahli pengobatan baik itu modern maupun tradisional serta pakar cacing bahwa manfaat dan khasiatnya dapat diperhitungkan yaitu dapat mengurangi dan menyembuhkan seperti;
- Typus.
- Menurunkan kadar kolesterol.
- Meningkatkan daya tahan tubuh.
- Menurunkan tekanan darah tinggi.
- Meningkatkan nafsu makan.
- Mengobati infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag.
- Mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti batuk, asma, influenza, bronchitis dan TBC.
- Mengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat reumatik.
- Menurunkan kadar gula darah penderita diabetes.
Mengobati wasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi.

   Demikianlah sedikit informasi mengenai cara membudidayakan cacing tanah.
Semoga halaman ini dapat membantu bagi petani yang ingin mengisi waktu luangnya dan ingin mengetahui secara lugas mengenai cara budidaya.
Semoga bermanfaat dan sukses
Sekian dan terimakasih.

No comments: