18 May, 2016

Cara mengatasi belalang sangit dengan pestisida dan terasi

    Belalang sangit termasuk dari keluarga Alydidae dan berkembang biak dengan cara bertelur.
Namun hewan ini lebih dikenal dengan sebutan walang sangit.
Pada umumnya hewan ini menyerang tanaman padi.

    Walang sangit betina dapat  menghasilkan telur 100 hingga 200 butir dan diletakkan dipermukaan daun bendera pada tanaman padi.
Nimfanya berwarna hijau, kemudian berangsur-angsur berubah warna menjadi coklat dan mengalami ganti kulit sebanyak 5 kali.
Stadia nimfa terjadi selama 17 sampai 27 hari.
Pada kondisi tertentu, imago dapat hidup hingga 115 hari.
Kemudian Nimfa dan imago tersebut menyerang buah padi muda.
Akibatnya pada bekas tusukan akan timbul cendawan Helminthosporium dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak putih pada bulir padi tersebut.
Berikut adalah klasifikasi ilmiah belalang sangit atau walang sangit.

    Klasifikasi  belalang sangit;      
Kerajaan :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo  :Hemiptera
Famili :Alydidae
Genus :Leptocorisa
Spesies :Leptocorisa acuta
Walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta)

     Hewan ini menghisap cairan pada tangkai bunga ( paniculae ) dan menghisap cairan bulir padi yang masih pada tahap masak susu ( bulir muda ).
Akibatnya tanaman akan kekurangan unsur hara dan menguning ( klorosis), kemudian akan melemah perlahan-lahan akan layu dan kering.
Maka dari itu banyak padi yang tak berisi atau kopong dan akhirnya hasil panen berkurang.

    Hewan ini memiliki perlindungan diri berupa aroma menyengat hidung bila terdesak oleh predatornya.
Namun bukan hanya belalang sangit / walang sangit  saja yang dapat mengeluarkan aroma menyengat.
Setiap keluarga Alydidae memiliki perlindungan diri yang hampir sama.

   Cara mengatasi walang sangit atau belalang sangit dapat dilakukan dengan metode perpaduan antara pestisida dan terasi.
Cara ini cukup mudah dikerjakan oleh  petani serta dapat menekan biaya hingga 70 - 90% dan kuntungannya cukup dilakukan sekali sampai padi siap dipanen.
Namun bila ingin menggunakan metode ini biaya pertama cukup besar dikeluarkan.
Karena petani banyak mengorbankan waktunya untuk membuat alat-alatnya dan selebihnya alat-alat tersebut dapat digunakan kembali pada musim tanam berikutnya asal alat tersebut tidak rusak.
Berikut adalah alat-alat dan cara aplikasinya.

       Alat-alat dan bahan;
1. Botol bekas air mineral ukuran 1½ liter atau botol bening bekas minyak ukuran 5 liter.
2. Benang bangunan atau benang nilon.
3. Kayu atau belahan bambu.
4. Lem.
5. Pisau / cutter.
6. Kain bekas.
7. Pestisida dan terasi.

Cara membuat alat-alatnya;  
Lubangi botol berbentuk persegi menggunakan cutter disisi kanan atau kiri.
Lalu buat atap pada mulut lubang menggunakan bentukan potongan botol dan lem.
Tujuannya bila terjadi hujan, air tidak dapat masuk melalui dinding-dinding botol.
Kemudian lubangi tutup botol menggunakan jarum, tujuannya untuk menggantung terasi pada potongan kain bekas dan diletakkan pada unjung benang.
Pemasangan terasi digantung di atas lubang persegi kira-kira 2 cm dari atas lubang tersebut. Kemudian tutup lubang jarum menggunakan lem. Tujuannya agar air hujan tidak dapat membasahi kain terasi.

    Cara  aplikasinya;  
- Campur air menggunakan pestisida dengan dosis 10 sampai 20 cc per 15 liter air bersih.
Kemudian masukkan air pestisida tadi kedalam botol dengan ukuran secukupnya.
- Ikatkan pada bambu / kayu ditengah sawah.
Untuk jaraknya tergantung luas area sawah yang akan dipasangi.
- Jarak yang bisa di gunakan ± 5 meter persegi atau sesuai selera, karena jarak ini tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
- Untuk ketinggiannya sekitar ±30 sentimeter dan harus disesuaikan dengan varietas padinya, karena setiap varietas memiliki ketinggian yang berbeda-beda.

       Cara kerjanya;
   Dalam beberapa kasus dan pengamatan, dengan menggunakan metode perpaduan antara teknologi terasi dan pestisida.
Maka walang sangit akan secara otomatis terpancing masuk botol mengerumuni terasi dan fungsi dari pestisida untuk menangkap serta membunuh walang sangit, bila terjatuh kedasar botol.
Manfaat dan keuntungan yang diperoleh petani antara lain;
1. Biaya penyemprotan akan jauh lebih berkurang dan dapat mencegah terjadinya hama kebal pestisida.
2. Akan mengurangi populasi walang sangit secara global didaerah tersebut. Jika digunakan dengan cara serentak dan walang sangit akan berkurang dengan sendirinya sampai musim panen  berikutnya.
3. Populasi ikan air tawar akan meningkat, jika petani tidak lagi menggunakan pestisida dan insektisida.
4. Petani dapat berperan besar dalam menjaga kelestarian lingkungan, karena metode ini hanya membunuh hewan yang terperangkap didalam botol.

  Demikianlah sedikit informasi mengenai mengatasi walang sangit atau membunuh walang sangit dengan metode perpaduan antara teknologi pestisida dan terasi.
Semoga bermanfaat dan sukses selalu bagi seluruh petani Indonesia.
Sekian dan terimakasih.

10 May, 2016

Cara beternak Cacing tanah dan cara memanfaatkannya.

      Cacing adalah salah satu hewan penghancur bahan organik dan memiliki kemampuan memperbaiki aerasi dan struktur tanah dengan baik.
Cacing tanah diketahui dapat  meningkatkan populasi mikroba menguntungkan dan akibatnya dapat menjadikan lahan menjadi subur serta dapat membantu tanaman menyerap nutrisi pada tanah dengan maksimal.
Keberadaan cacing tanah seperti Lumbricus rubellus juga dapat meningkatkan konsentrasi produksi vitamin B12 dan mikroorganisme di dalam tanah.
Keuntungannya hasil jelai meningkat dan peningkatan volume didukung oleh bahan organik untuk cacing tanah itu sendiri.
Cara ini merupakan hubungan umpan balik positif (simbiose mutualisme) antara mikroorganisme dan Lumbricus rubellus.

     Cacing adalah hewan hermafrodit yaitu mempunyai kedua jenis organ kelamin ganda untuk berkembang biak.
Hewan ini tidak memiliki eksoskeleton
Cacing tanah merupakan nama umum untuk anggota dari Oligochaeta dan di masukan kedalam ordo Opisthopora, karena atas dasar pori-pori jantan membuka posterior ke pori-pori betina, meskipun segmen jantan internal anterior ke betina. Berikut adalah klasifikasi ilmiah cacing tanah lebih lengkapnya.

Cacing tanah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan  :  Animalia
Filum  :  Annelida
Kelas  :  Oligochaeta
Upakelas  :  Haplotaxida
Ordo  :  Megadrilacea
Upaordo  :  Lumbricina + Moniligastrida
NODC v. 8.0, 1996
Familia
Acanthodrilidae
Ailoscolecidae
Almidae
Benhamiinae
Criodrilidae
Diplocardiinae
Eudrilidae
Exxidae
Glossoscolecidae
Hormogastridae
Kynotidae
Lumbricidae
Lutodrilidae
Megascolecidae
Microchaetidae
Moniligastridae
Ocnerodrilidae
Octochaetidae
Octochaetinae
Sparganophilidae
Tumakidae.

     Cacing tanah adalah hewan yang hidup menggunakan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal avolusi.
Karena hewan ini dapat menghadapi tekanan mikrooganisme patogen dilingkungan tempat tinggalnya.
Menurut hasil penelitian, hewan ini memiliki kekebalan hormonal dan mekanisme selular, selain itu cairan selom pada hewan ini mengandung lebih dari 40 macam protein dan pemeran aktivitas biologis seperti cytolytic, proteolitik, antimikroba, hemolitik, hemagglutinating, tumorolytic, dan kegiatan mitogenic.

    Aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah telah diteliti dari selom foetida Eisenia Andrei.
Kemudian diperoleh dua protein, bernama Fetidins dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan oleh fetidins.

    Foetida Eisenia cacing tanah jenis Lumbricus rubellus telah mengidentifikasi pola protein bernama selom cytolytic faktor (CCF) yaitu mempunyai aktivitas seperti lisozim dengan aktivitas hemolitik dan semua ini terdapat pada agen anti bakteri Lumbricin 1 dan Lumbricin 2.
Sedangkan lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein yang bekerja memberikan cytolytic hemolitik, antibakteri serta membran-permeabilizing properti.

    Protein dalam cacing tanah memiliki mekanisme anti mikroba, namun cara kerjanya berbeda dengan mekanisme antibiotik.
Antibiotik membunuh mikrorganisme tanpa merusak jaringan tubuh.
Antibiotik membunuh mikrooganisme dengan 2 cara yaitu menghentikan jalur metabolik penghasil nutrient yang dibutuhkan oleh mikrooganisme dan menghambat enzim spesifik dalam penyusunan dinding sel pada bakteri.
Mekanisme protein cacing tanah dapat membuat pori-pori ke dinding sel bakteri.
Kemudian sitoplasma sel bakteri  menjadi terpapar oleh lingkungan luar serta dapat mengganggu aktivitas dalam sel bakteri dan menyebabkan kematian.
Akibat dari kerusakan pada struktur sel milik bakteri dapat menyebabkan bakteri lebih sulit untuk menjadi resisten kembali.

      Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih.
Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.
Cacing jenis ini bila dialam liar bentuknya kalah saing dengan cacing jenis lain.
Jika di ternakkan dapat melebihi ukuran aslinya.

     Cacing tanah memiliki 1800 jenis yang dikenal oleh para ilmuwan, namun hanya 2 jenis yang dipakai dalam proses pembuatan pupuk organik yaitu jenis cacing Lumbricus Rubellus dan Eisenia Fetida (cacing Tiger).
Kedua cacing ini sangat mudah diternakkan, karena cara berkembang biaknya sangat cepat dibandingkan dengan cacing jenis lainya.

   Jika ditinjau dari uraian diatas, cara beternak cacing tanah dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai usaha sampingan dan dapat mendongkrak pendapatan ekonomi keluarga secara berkesinambungan.
Namun jika ingin menekuni peluang usaha ini dan mengolahnya mulai dari proses produksi dari hulu hingga kehilir, maka keuntungannya pun dapat berlipat-lipat.
Berikut adalah cara sederhana beternak cacing tanah.

Pemilihan media tanam, bibit dan pembuatan kandang.
    Langkah awal untuk membudidayakan cacing adalah mempersiapkan sarana dan peralatan.
Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.
Contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m dan di dalamnya dibuatkan rak-rak bertingkat sebagai sarana pembiakan atau wadah-wadah pemeliharaan.
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah, kotoran hewan, dedaunan/buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran, kardus, kayu lapuk, bubur kayu.
Cara membuat sarang semua bahan diaduk-aduk sambil ditambahkan air sedikit demi sedikit kecuali kotoran ternak.
Kemudian bahan campuran dan kotaran ternak tadi dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.
Apabila media pemeliharaan telah dipersiapkan serta bibit cacing tanah telah tersedia, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan.
Penanaman bibit cacing harus dicoba beberapa terlebih dahulu, kemudian diamati, apakah bibit itu masuk kedalam media atau tidak.
Jika dari hasil pengamatan bibit cacing terlihat masuk kedalam media, maka semua bibit dapat dimasukan kedalam media.
Setiap 2-4 jam sekali harus dilihat, karena pada masa ini mungkin saja ada bibit yang masih berkeliaran atau pergi meninggalkan media.
Bibit cacing tanah yang ada, tidaklah sekaligus dimasukkan ke dalam media, namun harus dicoba sedikit demi sedikit.
Beberapa bibit cacing tanah diletakkan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media.
Jika dalam waktu 12 jam bibit cacing tidak ada satu pun meninggalkan wadah/ media, maka dapat dipastikan bahwa bibit cacing  tersebut betah dan media sudah cocok.
Jika sebaliknya, maka media tidak cocok, tandanya cacing akan berkeliaran di permukaan media.
Solusinya adalah media harus segera diganti dengan yang baru.

   Hasil sepasang perkawinan cacing tanah akan menghasilkan satu kokon berisi telur-telur berbentuk lonjong dan berdiameter antara 1/3 besarnya kepala korek api.
Kemudian kokon ini harus dilakukan ditempat lambab dan antara waktu 14-21 hari kokon akan menetas.
Pada setiap kokon akan menghasilkan sekitar 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
100 ekor cacing ekor cacing diperkirakan dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu setahun.
Cacing tanah dewasa akan terlihat pada usia antara 2-3 bulan dan ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan.
Setelah perkawinan selama 7-10 hari maka cacing dewawa akan menghasilkan 1 kokon.

Pemberian pakan.
   Barikan pakaan 1 kali sehari semalam dan banyaknya harus disesuaikan dengan berat bibit yang dipelihara dalam 1 petinya.
Contoh;
Jika bibit yang dipelihara dalam 1 peti berbobot 1 ons, maka pakan yang diberikan harus berbobot 1 ons pula.
Pakannya berupa kotoran hewan, hal ini tidak termasuk dengan media tanamnya.
Cara mengolah pakannya adalah kotoran hewan tersebut harus dihancurkan terlebih dahulu dengan cara ditubuk atau dihaluskan menggunakan blender.
Kemudian bubuk ditaburkan pada permukaan peti, kacuali 2/3 permukaan peti yang tidak ditaburi.

Hama.
    Dibawah ini adalah beberapa jenis hama cacing yang harus diwaspadai saat membudidayakannya seperti.
Semut, Kumbang, Burung, Lipan, Tikus, Katak, Tupai, Ayam, Itik, Mentok, Ular dan Angsa.
Namun dari beberapa jenis hama tersebut, Semut adalah hama yang paling banyak ditemukan.
Oleh sebab itu pengontrolan berkala harus sering dilakukan.

Cara panen.
   Cara panen cacing dapat dilakukan dengan cara sederhana seperti menggunakan bantuan cahaya lampu pijar, neon dan cahaya matahari.
Caranya;
Nyalakan lampu pada permukaan peti kira-kira ±30 cm dari permukaan tanah peti dengan waktu 2-5 menit. Lamanya pemanasan ini tergantung dari suhu yang ada diluar kandang.
Bila cacing sudah terlihat mengumpul, maka lampu dapat dimatikan.
Kemudian cacing dapat diambil dengan mudah dan singkat.
Jika menggunakan cahaya matahari jangan diletakan langsung pada sentuhan cahaya.
Karena dapat mempengaruhi kwalitas hasil panen dan buruknya dapat membunuh, Sebab cacing sangat rentan terhadap perubahan suhu.

Manfaat cacing untuk kesehatan.
   Cacing jenis Lumbricus Rubellus mengandung kadar protein sangat tinggi sekitar 76%. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan daging mamalia (65%) atau pun daging ikan (50%).
Dari beberapa penelitian telah membuktikan selain adanya daya antibakteri. Protein hasil ekstrasi cacing tanah diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif Escherichia coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonella thyp.
Selain itu penjelasan lain yang dikutip dari beberapa penelitian dan dari sumber-sumber para ahli pengobatan baik itu modern maupun tradisional serta pakar cacing bahwa manfaat dan khasiatnya dapat diperhitungkan yaitu dapat mengurangi dan menyembuhkan seperti;
- Typus.
- Menurunkan kadar kolesterol.
- Meningkatkan daya tahan tubuh.
- Menurunkan tekanan darah tinggi.
- Meningkatkan nafsu makan.
- Mengobati infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti maag.
- Mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti batuk, asma, influenza, bronchitis dan TBC.
- Mengurangi pegal-pegal akibat keletihan maupun akibat reumatik.
- Menurunkan kadar gula darah penderita diabetes.
Mengobati wasir, exim, alergi, luka dan sakit gigi.

   Demikianlah sedikit informasi mengenai cara membudidayakan cacing tanah.
Semoga halaman ini dapat membantu bagi petani yang ingin mengisi waktu luangnya dan ingin mengetahui secara lugas mengenai cara budidaya.
Semoga bermanfaat dan sukses
Sekian dan terimakasih.

09 May, 2016

Cara membunuh anak rambung

    Rambung atau lebih dikenal dengan pohon karet penghasil lateks adalah tanaman perkebunan  perseroan atau tanaman perkebunan rakyat.

  Saat ini perkebunan karet sudah banyak yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian maupun lahan perkebunan kelapa sawit di kalangan masyarakat.
Jika lahan tersebut telah di alih fungsikan.
Maka biji rambung tersebut akan tumbuh subur bersama tanaman baru.
Tentu hal ini akan mengganggu pertumbuhan tanaman baru dan menjadikannya kerdil atau berkurangnya asupan sinar matahari secara langsung.

   Rambung atau karet adalah salah satu tumbuhan yang sulit dibunuh. Jika di tebang sampai habis dan dibakar sampai gosong, biasanya tumbuhan ini akan tumbuh lagi dan lagi.

   Sebenarnya cara membunuh anak rambung atau karet tidak lah sulit.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus ditempuh.

   Langkah pertama cukup disemprot menggunakan herbisida bersifat sistemik secara berkala dan berkesinambungan untuk tumbuhan berumur 2 - 3 bulan.
Cara ini dapat dilakukan untuk tunas tunggul dan tunas biji.
Dosis yang digunakan 70 - 100 cc per 15 liter air bersih.

   Langkah kedua masih menggunakan herbisida bersifat sistemik, hanya saja cara perlakuanya yang berbeda.
Berikut adalah bahan dan cara operasionalnya dilapangan ;
  Bahan-bahan;
1. Herbisida
2. Kuas
3. Parang / golok
4. Mangkok / cawan.

Cara kerjanya ;
Lukai, sayat / kupas kulit batang pohon sampai mengenai dinding kayu pada pohon.
Kemudian tuang herbisida kedalam mangkok dan oleskan herbisida tersebut ke dinding kayu sampai merata menggunakan kuas.

   Langkah ketiga juga bisa menggunakan metode infus melalui akar pada pohon.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut ;

Alat-alat ;
Parang,
Plastik bening ukuran 2 kg
Tali plastik atau karet gelang
Ember
Gayung.

Bahan-bahan ;
Garlon atau starlon atau merk sejenisnya 4 - 5 tutupnya.
Roundup atau merk sejenisnya 100 cc
Ali 5 - 10 gr.
Air bersih 1 ember.

Cara membuat ;
Potong akar pohon yang besar 3 - 4 bagian, Kira-kira sebesar 1 jempol kaki orang dewasa.

Masukan garlon kedalam kantong plastik bening tadi dan isikan air sampai setengah kantong.
Lalu masukan potongan akar pohon kedalam kantong plastik.
Kemudian ikat sampai rapat.

Jika mengunakan roundup maka harus di campur dengan bahan ali diatas.

Untuk melihat hasil kematian yang memuaskan, maka dapat di lihat setelah 4 - 6 minggu.

    Demikianlah sedikit informasi mengenai cara membunuh anak karet atau rambung.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terimakasih.

05 May, 2016

Cara mengatasi hama tikus secara alami

    Penurunan hasil panen padi tertinggi pada sektor pertanian merupakan pukulan besar bagi petani.
Selain serangan wereng, tikus adalah kelompok deretan hama serius bagi tanaman padi.
Usaha dalam pengendaliannya pun sudah banyak dilakukan yaitu dimulai dari sistem hayati, sanitasi, kultur teknik, mekanik dan kimia.
Namun pengendaliannya pun belum optimal untuk menekan populasinya.
Karena dari hasil pengamatan dilapangan ketidak seimbangan ekosistem adalah faktor utama yang paling menonjol. Akibatnya jenis organisme dirantai makanan tidak lagi seimbang.
   
    Sebagai definisi cara pengendalian dapat diperhatikan melalui dari segi ekologi, toksikologi dan dari segi ekonomi.
Identifikasi awal pada usaha pengendalian tikus, ada baiknya memperhatikan sifat biologis dan ekologi tikus terlebih dahulu.

    Habitat tikus sawah atau dalam bahasa latin di sebut Rattus orgentiventer tinggal di pesawahan, ladang, dan padang rumput serta berkembang biaknya sangatlah cepat.
Secara teori menyebutkan bahwa 1 pasang ekor tikus dapat berkembang biak sekitar 1,270 ekor per tahun.
Jika tidak cegah maka meledaknya populasi akan terus berlanjut dan banyak merugikan petani.
Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan sumber makanan yang melimpah dan kurangnya predator pada puncak rantai makanan.

     Tikus sawah sangat aktif dimalam hari secara teratur dimulai dari mencari makan, minum hingga mencari pasangan.
Hal ini dilakukan untuk menghindari predator utamanya seperti ular dan burung elang.
Tikus sawah membuat sarang tidak jauh dari tempat dimana sumber makanannya tersedia seperti dibawah pohon,disela-sela batu dan dipematang-pematang sawah serta sifat alami tikus menyukai lokasi yang lembab seperti diarea yang berdekatan dengan sumber-sumber air.
Berikut adalah klasifikasi ilmiah tikus sawah.
    Klasifikasi ilmiah tikus sawah;
Kerajaan   :   Animalia
Filum   :   Chordata
Kelas   :   Mammalia
Ordo    :   Rodentia
Famili   :   Muridae
Upafamili  : Murinae
Genus    :   Rattus
Spesies  :  R. argentiventer
Nama binomial
Rattus argentiventer

     Tikus sawah atau Rattus argentiventer tersebar luar dipenjuru benua asia dan khususnya di wilayah asia bagian tenggara yaitu termasuk Negara Republik Indonesia.
Beberapa ahli memasukkannya sebagai anak jenis dari tikus rumah Rattus rattus (i.e. R. r. argentiventer).
Tinjauan terakhir menunjukkan bahwa tikus sawah merupakan jenis tersendiri dengan 4 anak jenis yaitu :
Rattus argentiventer argentiventer (Thailand, Malaya, Sumatra, Jawa, Nieuw-Guinea dan barangkali Vietnam, Kamboja serta Laos)
Rattus argentiventer kalimantanensis (Kalimantan)
Rattus argentiventer pesticulus (Sulawesi dan sebagian besar Nusa Tenggara)
Rattus argentiventer saturnus (Sumba)
Rattus argentiventer umbriventer dari Filipina (Cebu, Luzon, Mindanao dan Mindoro) tidak dianalisis, tetapi besar kemungkinan anak jenis tersendiri.

   Tikus adalah hewan pengerat dan diketahui dalam kategori hewan yang cerdas.
Karena ia mampu belajar dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
Hal ini diketahui dan sering gunakan dalam penelitian prilaku hewan.
Cara mengurangi pertumbuhan populasinya dengan pemberian umpan beracun atau pengasapan yang dikombinasikan dengan "penggeropyokan" misalnya memasukkan air ke dalam sarang atau lubang-lubang tempat tikus tinggal.
Penanaman serentak meliputi areal 0 - 100 per segi.
Pemanfaatan predator alami seperti ular-ular sawah, burung hantu dan sebagainya.
Hindari perburuan predator alaminya dengan alasan apapun.

   Pengembang biakan predator alami seperti burung hantu dapat dibuatkan sangkar ditengah sawah dan diletakan pada ketinggian 6 - 10 meter diatas permukaan tanah.
Biasanya sangkar dibuat dengan ukuran 60 - 100 cm persegi dan diberi sekat-sekat didalamnya serta terdiri-dari beberapa pintu.
Buatlah sangkar tersebut di beberapa titik. Ukuran idealnya 50 - 100 m persegi.
Jika sangkar telah dipasang ditengah sawah, maka secara otomatis burung tersebut akan datang dengan sendirinya.

     Demikianlah sedikit informasi mengenai cara pengendalian hama tikus atau cara mangatasi hama tikus.
Jika para petani bisa saling tolong menolong dan kompak. Maka hasilnya adalah kejayaan dan kemakmuran.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terimakasih.

03 May, 2016

Senggani (Melastoma candidum)

    Melastoma candidum atau lebih dikenal dengan Senggani adalah tumbuhan liar dari keluarga Melastomataceae.
Tumbuhan ini banyak dijumpai di pekarangan rumah sampai ke hutan pedalaman negara Republik Indonesia.
Indonesia adalah negara tropis dan dianugerahi tanah yang subur.
Maka tidak heran, jika tumbuhan ini memiliki banyak nama yaitu senggani, haredong, senduduk, kluruk, kedamen dan masih banyak lagi.

    Melastoma candidum adalah tumbuhan perdu, tegak bercabang besisik dan berambut.
Daunnya tunggal bertangkai, bersilang berhadapan dan tumbuhan ini dapat ditemukan hingga mencapai ketinggian 1.650 mdpl.

    Senggani terdiri dari dua jenis dan dengan mudah dikenali dari warna bunganya yaitu jingga dan putih.
berikut adalah klasifikasinya.
Klasifikasi ilmiah senggani.
Kerajaan :Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Myrtales
Famili :Melastomataceae
Genus :Melastoma
Species : Melastoma candidum

    Senggani atau Melastoma candidum dapat digunakan untuk zat analgesik yaitu sebagai penghilang rasa sakit, peluruh kemih, menghilangkan pembengkakan dan menghentikan pendarahan.
Biasanya para petani dipedesaan menggunakan Melastoma candidum untuk mengobati sengatan ulat bulu serta melumpuhkan gigitan pacet maupun lintah dengan cara melumatkan daun dan menempelkannya.
Selain itu akar dan daunnya digunakan sebagai menyamarkan bekas luka dan penyakit cacar.
Namun penggunaannya harus secara rutin.

     Melastoma candidum memiliki sifat kimiawi dan efek farmakologis.
Oleh sebab itu daun senggani rasanya pahit.
Selain itu senggani mengandung senyawa saponin, flavonoida, dan tanin.
Khasiat Melastoma candidum tidak dapat dianggap remeh, karena dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit yaitu Gangguan pencernaan (dispepsi), Disentri basiler, Diare, Hepatitis, Keputihan (leukorea), Sariawan, Haid berlebihan, Wasir darah,; Pendarahan rahim, berak darah (melena), Keracunan singkong, Radang dinding pembuluh darah disertai pembekuan darah di dalam salurannya (tromboangitis), Mabuk minuman keras, Busung air, Bisul, Melancarkan ASI/air susu ibu dan sebagainya.
Bagian yang digunakan mulai dari Daun, Akar, Buah, dan Biji.
Berikut adalah cara membuat obat herbal tradisional untuk beberapa macam penyakit.
Cara meracik ramuan untuk obat herbal tradisional Melastoma candidum.
30-60 gr akar senggani direbus sampai mendidih, kemudian disaring dan diminum. Untuk pemakaian luar, daun segar atau yang telah dikeringkan digiling halus lalu dibubuhkan, pada luka bakar atau luka berdarah. Luka tersebut lalu dibalut. 

Cara menetralkan racun.
Singkong Akar atau daun senggani sebanyak 60 gr direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin disaring lalu minum sampai habis.

Cara mengobati Disentri basiler.
60 gr Daun senggani segar dan 60 gr  aseman segar (Polygonum chinense), lalu direbus dengan 3 gelas air sampai   tersisa 1 gelas. Setelah dingin saring airnya, kemudian diminum sampai habis.

Mengobati Diare.
1 genggam daun senggani muda, 5 gr kulit buah manggis dan tambahkan 3 lembar daun sembung.
Kemudian direbus dengan 1½ gelas air bersih sampai tersisa 1/2 gelas. Setelah dingin saring airnya dan dibagi menjadi 3 gelas untuk diminum 3 kali sehari , yaitu pagi, siang, dan sore.
 
Mengobati pendarahan Rahim.
Gongseng 15 gr biji senggani tanpa menggunakan minyak sampai hitam, kemudian rebus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 gelas.
Setelah dingin disaring airnya dan minum secara rutin 2 kali sehari masing-masing ½ gelas sampai sembuh.

Mengobati Sariawan dan Diare.
2 lembar daun senggani dicuci sampai bersih, kemudian dibilas dengan air masak. Setelah itu daun tersebut dikunyah menggunakan sedikit garam, lalu airnya ditelan sampai habis.

Mengobati Bisul.
Rebus 50 gr daun senggani sampai mendidih.
Kemudian saring dan diminum airnya, ampas bekas sisa saringan di haluskan dan kemudian bubuh pada bisul tersebut, setelah itu dibalut menggunakan kain. 

Mengobati Keputihan.
2 genggam daun senggani, jahe dan bengle masing-masing 2 jempol tangan, kemudian dipotong-potong dan masukkan kedalam 300 ml air atau 3 gelas, lalu tambahkan 1 sendok cuka makan.
Setelah itu direbus hingga airnya tersisa 2 gelas, kemudian saring airnya dan minum 2 kali sehari, masing-masing 1 gelas.
Catatan: Jika tidak ada Jahe dan Bengle, maka dapat diganti dengan 3 kuncup bunga cempaka dan 3 buah biji pinang tua.

    Selain berbagai manfaat senggani berbunga jingga diatas atau Melastoma candidum, ada satu lagi jenis Senggani putih atau lebih dikenal senggani berbunga putih.
Tumbuhan ini adalah tumbuhan langka dan tidak setiap orang bisa menjumpainya, karena tumbuhan ini seperti ada yang menjaga.
Maka tidak heran bila ada cerita tentang adanya orang bermimpi bisa menemukan senggani jenis ini.
Senggani berbunga putih memiliki ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dengan senggani berbunga jingga.
Senggani jenis ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu batang pohon berwarna putih kehijauan dan terutama pada daun seperti mempunyai kharisma putih, halus dan bersih.

     Senggani berbunga putih memiliki nama ilmiah Melastoma decemfidum roxb atau Melastoma Imbricatum yaitu sama-sama dari keluarga Melastomaceae.
Tumbuhan ini diyakini mempunyai manfaat sebagai azimat untuk berdagang, pengasihan, untuk mengobati batuk menahun dan mengobati anak yang lambat dapat bicara.
Jika buahnya dimakan memiliki perpaduan antara rasa manis dan pahit.
Buahnya juga kaya akan kandungan anthycyonin menghilangkan anti-oksidan tinggi.

   Mitos lain dari senggani putih atau Melastoma Imbricatum adalah adanya mustika pada tempat dimana tumbuhan ini tumbuh.
Jika bagi pembaca menemukan atau bertemu dengan tumbuhan jenis ini, maka jangan sia-siakan begitu saja.
Coba segera cabut saja dari tanah dan periksa di sekeliling bagian celah-celah akar dan pada bagian tanahnya.
Karena mustika inilah yang digunakan untuk keperluan perdagangan dan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Sebenarnya senggani berbunga putih inilah yang lebih baik digunakan untuk obat dari pada senggani dari jenis berbunga jingga.

    Demikianlah sedikit informasi mengenai senggani.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terimakasih.