Belalang sangit termasuk dari keluarga Alydidae dan berkembang biak dengan cara bertelur.
Namun hewan ini lebih dikenal dengan sebutan walang sangit.
Pada umumnya hewan ini menyerang tanaman padi.
Walang sangit betina dapat menghasilkan telur 100 hingga 200 butir dan diletakkan dipermukaan daun bendera pada tanaman padi.
Nimfanya berwarna hijau, kemudian berangsur-angsur berubah warna menjadi coklat dan mengalami ganti kulit sebanyak 5 kali.
Stadia nimfa terjadi selama 17 sampai 27 hari.
Pada kondisi tertentu, imago dapat hidup hingga 115 hari.
Kemudian Nimfa dan imago tersebut menyerang buah padi muda.
Akibatnya pada bekas tusukan akan timbul cendawan Helminthosporium dengan ciri-ciri adanya bercak-bercak putih pada bulir padi tersebut.
Berikut adalah klasifikasi ilmiah belalang sangit atau walang sangit.
Klasifikasi belalang sangit;
Kerajaan :Animalia
Filum :Arthropoda
Kelas :Insecta
Ordo :Hemiptera
Famili :Alydidae
Genus :Leptocorisa
Spesies :Leptocorisa acuta
Walang sangit (Leptocorisa oratorius Fabricius, (Hemiptera:Alydidae); syn. Leptocorisa acuta)
Hewan ini menghisap cairan pada tangkai bunga ( paniculae ) dan menghisap cairan bulir padi yang masih pada tahap masak susu ( bulir muda ).
Akibatnya tanaman akan kekurangan unsur hara dan menguning ( klorosis), kemudian akan melemah perlahan-lahan akan layu dan kering.
Maka dari itu banyak padi yang tak berisi atau kopong dan akhirnya hasil panen berkurang.
Hewan ini memiliki perlindungan diri berupa aroma menyengat hidung bila terdesak oleh predatornya.
Namun bukan hanya belalang sangit / walang sangit saja yang dapat mengeluarkan aroma menyengat.
Setiap keluarga Alydidae memiliki perlindungan diri yang hampir sama.
Cara mengatasi walang sangit atau belalang sangit dapat dilakukan dengan metode perpaduan antara pestisida dan terasi.
Cara ini cukup mudah dikerjakan oleh petani serta dapat menekan biaya hingga 70 - 90% dan kuntungannya cukup dilakukan sekali sampai padi siap dipanen.
Namun bila ingin menggunakan metode ini biaya pertama cukup besar dikeluarkan.
Karena petani banyak mengorbankan waktunya untuk membuat alat-alatnya dan selebihnya alat-alat tersebut dapat digunakan kembali pada musim tanam berikutnya asal alat tersebut tidak rusak.
Berikut adalah alat-alat dan cara aplikasinya.
Alat-alat dan bahan;
1. Botol bekas air mineral ukuran 1½ liter atau botol bening bekas minyak ukuran 5 liter.
2. Benang bangunan atau benang nilon.
3. Kayu atau belahan bambu.
4. Lem.
5. Pisau / cutter.
6. Kain bekas.
7. Pestisida dan terasi.
Cara membuat alat-alatnya;
• Lubangi botol berbentuk persegi menggunakan cutter disisi kanan atau kiri.
Lalu buat atap pada mulut lubang menggunakan bentukan potongan botol dan lem.
Tujuannya bila terjadi hujan, air tidak dapat masuk melalui dinding-dinding botol.
Kemudian lubangi tutup botol menggunakan jarum, tujuannya untuk menggantung terasi pada potongan kain bekas dan diletakkan pada unjung benang.
• Pemasangan terasi digantung di atas lubang persegi kira-kira 2 cm dari atas lubang tersebut. Kemudian tutup lubang jarum menggunakan lem. Tujuannya agar air hujan tidak dapat membasahi kain terasi.
Cara aplikasinya;
- Campur air menggunakan pestisida dengan dosis 10 sampai 20 cc per 15 liter air bersih.
Kemudian masukkan air pestisida tadi kedalam botol dengan ukuran secukupnya.
- Ikatkan pada bambu / kayu ditengah sawah.
Untuk jaraknya tergantung luas area sawah yang akan dipasangi.
- Jarak yang bisa di gunakan ± 5 meter persegi atau sesuai selera, karena jarak ini tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
- Untuk ketinggiannya sekitar ±30 sentimeter dan harus disesuaikan dengan varietas padinya, karena setiap varietas memiliki ketinggian yang berbeda-beda.
Cara kerjanya;
Dalam beberapa kasus dan pengamatan, dengan menggunakan metode perpaduan antara teknologi terasi dan pestisida.
Maka walang sangit akan secara otomatis terpancing masuk botol mengerumuni terasi dan fungsi dari pestisida untuk menangkap serta membunuh walang sangit, bila terjatuh kedasar botol.
Manfaat dan keuntungan yang diperoleh petani antara lain;
1. Biaya penyemprotan akan jauh lebih berkurang dan dapat mencegah terjadinya hama kebal pestisida.
2. Akan mengurangi populasi walang sangit secara global didaerah tersebut. Jika digunakan dengan cara serentak dan walang sangit akan berkurang dengan sendirinya sampai musim panen berikutnya.
3. Populasi ikan air tawar akan meningkat, jika petani tidak lagi menggunakan pestisida dan insektisida.
4. Petani dapat berperan besar dalam menjaga kelestarian lingkungan, karena metode ini hanya membunuh hewan yang terperangkap didalam botol.
Demikianlah sedikit informasi mengenai mengatasi walang sangit atau membunuh walang sangit dengan metode perpaduan antara teknologi pestisida dan terasi.
Semoga bermanfaat dan sukses selalu bagi seluruh petani Indonesia.
Sekian dan terimakasih.
No comments:
Post a Comment