29 October, 2017

Cara menyemprot rumput yang baik dan benar / Takaran penggunaan herbisida

    Menyemprot rumput atau gulma di lahan perkebunan atau pertanian menjadi solusi untuk meringankan beban pengerjaan.
Sekarang ini penyemprotan gulma banyak digandrungi dan sudah terbukti mempersempit masa operasional.
Namun yang terjadi dilapangan banyak dijumpai petani menggunakan takaran / dosis tidak sesuai standart.
Maka dari kebiasaan dan pola kerja petani seperti ini harus dapat dirubah, supaya kedepan populasi tumbuh-tumbuhan tidak punah, karena ulah manusia.

      Pada dasarnya gulma yang dianggap sebagai pengganggu bukan tidak memiliki manfaat sama sekali.
Namun setiap spesies tertentu ada yang dapat digunakan sebagai bio ethanol, kosmetika, keperluan farmasi, bahan baku kimia dan pupuk.
   Mulai saat ini gunakanlah pembasmi gulma / herbisida secara baik dan bijaksana.

      Cara kerjanya harus laksanakan pada waktu cuaca cerah dan melihat kondisi arah angin.
Jika menyemprot saat angin bertiup. Maka jangan menyemprotkan herbisida melawan / menghadap arah angin. Namun harus mengikuti arah angin bertiup.
    Untuk takaran / dosis harus ditinjau dari kondisi gulma di kebun dan herbisida disesuaikan dengan sifat gulma.

     Berikut adalah nama produk herbisida serta penggunaan takaran herbisida bersifat glifosat, sistemik dan kontak.
A. Produk herbisida bersifat glifosat seperti Roundup, Rambo dsb.
B. Produk herbisida bersifat sistemik seperti Garlon, Starlon dsb.
C. Produk herbisida bersifat kontak Gramoxone, Noxone dsb.

      Kemudian kondisi gulma dibagi menjadi tiga yaitu ;

1. Gulma ringan.
- Dosis gulma ringan seperti jenis rumput - rumputan, takaran yang dapat diterapkan antara 50 - 70 cc per 15 - 20 liter air.

2. Gulma sedang.
- Dosis gulma sedang seperti jenis gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur gulma antara 3 - 5 bulan dengan ketinggian 30 - 50 cm. Takaran yang dapat diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.

3. Gulma berat.
- Dosis berat sedang seperti gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur yang sangat tua dengan ketinggian mencapai bahu dan kepala orang dewasa. Takaran yang tepat di terapkan antara 120 - 150 cc per 15 - 20 liter air.
Menyemprot gulma berat tidak efektif dilakukan, sebab kerugian  yang paling menonjol adalah kematian gulma  yang tidak maksimal.
Jika di paksakan. Maka penyemprotan ulang hingga 2 sampai 4 kali.

     Jika ingin mendapatkan hasil maksimal dalam penyemprotan.
Maka pencampuran herbisida harus diperhatikan.
Bila menggunakan herbisida bersifat glifosat,kontak dan sistemik.
Semua itu tergantung dari merk dan jenis herbisida itu sendiri.
Pencampuran ini pun terbagi menjadi 2 metode dan perbandingan hasil kematian gulma cukup jauh.
Berikut adalah langkah pelaksanaannya?

1.  Caranya masukkan kurang lebih 2 gelas air bersih kedalam tanki semprotan.
Kemudian masukkan herbisida kedalam tanki semprot.
Setelah semua selasai, tambahkan  lagi air sampai penuh tanki.

2. Cara kedua ini memang lebih rumit . Namun sangat membantu untuk medan berbukit.
Gunakan galon / jerigen ukuran 20 liter.
Masukkan sedikit air kedalam jerigen. Tujuannya untuk memecah 2 jenis herbisida yang akan digunakan.
Kemudian masukkan kedua herbisida yang bersifat glifosat dan kontak secara terpisah kedalam jerigen.
Setelah itu isi jerigen dengan air sampai penuh.
Cara pengerjaannya tinggal tuangkan air herbisida dari jerigen kedalam tanki semprot.

    Keunggulan dari pencampuran kedua sifat herbisida ini sangat efektif membasmi gulma pakis, ilalang dan anak kayu sekaligus.
Kemudian keuntungannya dapat menekan biaya operasional dan upah pekerja.

    Keterangan ;
Untuk mengatasi gulma berdaun sempit seperti ilalang, paitan, tempuyung dll. Herbisida yang digunakan bersifat glifosat seperti round up atau sejenisnya.
Untuk mengatasi gulma berdaun lebar seperti senggani, pakis, kutu babi, anak kayu. Herbisida yang digunakan bersifat kontak atau sistemik, seperti gramoxone, noxone atau sejenisnya dan garlon atau sejenisnya.
Namun hanya gulma kentangan yang paling baik dibasmi oleh herbisida bersifat sistemik.

     Untuk pencampuran herbisida bersifat glifosat bisa juga menggunakan herbisida bersifat sistemik seperti aly dan garlon.
Namun kelemahan dari herbisida bersifat sistemik seperti garlon,  tidak bisa dicampur secara langsung kedalam herbisida bersifat glifosat seperti round up.
Cara pencampurannya harus sendiri-sendiri kedalam tanki semprot.
Contohnya;  masukkan round up, air, lalu garlon kedalam tanki semprot atau pun jerigen sesuai dosis.

Catatan ;
   Untuk penggunaan herbisida kimia harus baca aturan pakai dan menggunakan alat pendukung seperti masker dan pakaian tertutup.
Tanki semprot tidak boleh bocor, karena kulit akan terkelupas / cedera, bila menggunakan herbisida kimia bersifat kontak.

   Demikian sedikit informasi mengenai menyemprotkan herbisida kimia dan mengulas sedikit tentang dosis atau takaran yang baik.

   Gunakan kemajuan teknologi pertanian pada tempatnya, terlebih menggunakan herbisida kimia.
   Jika potret kerusakan alam dimasa depan itu terjadi, maka itu adalah warisan dari tangan-tangan kita sekarang.

Baca informasi lain;
Pertolongan pertama keracunan herbisida.
Panduan budidaya ikan.
Cara mengatasi gulma anak kayu.
Cara membasmi pakis.
Cara membasmi ilalang yang bandel.

   Semoga bermanfaat dan membantu.
            Sekian dan terimakasih.
                

21 October, 2017

Cara membuat Mikoriza

      Mikoriza adalah suatu bentuk simbiosis antara cendawan (fungi) dengan tumbuhan tingkat tinggi (tumbuhan berpembuluh, Tracheophyta), khususnya pada sistem perakaran.
Namun ada juga cendawan yang bersimbiosis dengan cendawan lainnya,
Sedangkan mikoriza adalah sebutan untuk cendawan yang menginfeksi akar tumbuhan.
Simbiosis tersebut adalah bentuk simbiosis mutualisme, meskipun demikian terdapat juga beberapa kasus berupa simbiosis parasitisme lemah.
Mikoriza merupakan gejala umum pada perakaran tumbuhan. Sekitar 90% suku tumbuhan (mencakup sekitar 80% spesies tumbuhan) memiliki asosiasi simbiotik ini. Catatan fosil menunjukkan asosiasi ini telah ada sejak Zaman Karbon.
Nama "mikoriza" adalah serapan dari istilah bahasa Inggris, mycorrhiza, yang juga bentukan dari dua kata bahasa Yunani Kuno: μύκης mýkēs, "jamur", dan ῥίζα rhiza ‚"akar".

      Mikoriza memerlukan akar pada tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya, beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa jenis tumbuhan tidak dapat tumbuh atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza di akarnya adalah semaian pinus, biasanya akan gagal tumbuh bila setelah pemindahan tidak ada terbentuknya jaringan mikoriza di sekitar akar. Namun hanya sedikit kelompok tumbuhan yang tidak menjadi simbion yaitu seperti Brassicaceae, Commelinaceae, Juncaceae, Proteaceae, Capparaceae, Cyperaceae, Polygonaceae, Resedaceae, Urticaceae, dan Caryophyllales.
Mikoriza dapat diinokulasi secara buatan. Namun inokulasi mikoriza asing memerlukan bantuan mikoriza lokal, misalnya dengan menambahkan tanah dari tempat asal tumbuhan.
Terdapat dua kelompok mikoriza yaitu ektomikoriza (EcM) dan endomikoriza (EM).

      Endomikoriza terutama akan didominasi oleh mikoriza arbuskular (arbuscular mycorrhizae, AM), selain itu akan ditambah dengan sekelompok mikoriza erikoid dan mikoriza arbutoid yang menginfeksi tumbuhan kelompok Ericoidae.
Semua endomikoriza termasuk ke dalam filum Glomeromycota, misalnya genus Gigaspora, Scultellospora, Acaulospora, Entrophospora, Glomus, dan Sclerocystis. Terdapat sekitar 150 jenis (spesies) spora cendawan AM yang telah dideskripsi. AM tergolong dalam kelompok khusus dari populasi mikoriza yang sangat banyak mengkolonisasi rizosfer yaitu di dalam akar, permukaan akar dan di daerah sekitar akar. Hifa eksternal yang berhubungan dengan tanah dan struktur infeksi seperti arbuskula di dalam akar menjamin adanya perluasan penyerapan unsur-unsur hara dari tanah dan peningkatan transfer hara (khususnya fosfor) ke tumbuhan, sedangkan cendawan memperoleh karbon organik dari tumbuhan inangnya.

      Mikoriza arbuskular (AM, dahulu disebut mikoriza vesikular-arbuskular, VAM) tumbuh dari luar perakaran lalu masuk ke dalam jaringan perakaran dan pada gilirannya memasuki sel-sel perakaran. AM di dalam jaringan akan membentuk arbuskula yaitu meliputi jaringan hifa yang menembus sela-sela sel dan bahkan menembus sel melalui plasmalema. Di dalam sel, hifa akan membentuk vesikula, suatu gelembung-gelembung kecil di sitoplasma. AM sulit ditumbuhkan secara aksenik (media buatan) sehingga MVA dianggap merupakan simbionobligat (wajib).

      Pada dasarnya Mikoriza berfungsi membantu penyerapan unsur hara tanah oleh tanaman. Menurut penelitian adanya mikoriza dapat meningkatkan penyerapan unsur P hingga 25%. Selain itu mikoriza juga berfungsi untuk menghasilkan hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auksin, sitokinin dan giberelin.
Fungsi lain dari mikoriza adalah menghasilkan zat antibiotik yang melindungi tanaman dari pathogen akar. Mikoriza juga bisa merangsang aktivitas mikroorganisme tanah yang menguntungkan dan memperbaiki struktur dan agregasi tanah, ada pun fungsi lainnya untuk membangun tanaman agar lebih tahan terhadap kekeringan dengan menginfeksi akar dan memperpanjang hyfa dalam mencari air di dalam tanah.

Cara membuat stater/isolat Mikoriza;
Ambil akar tanaman (boleh apa saja) yg sudah terkontaminasi Micoriza. Biasanya banyak terdapat di lahan yg gersang/tandus/miskin unsur hara. Yang paling banyak sewaktu musim kemarau panjang. Gali tanahnya sedalam 30-40 cm atau jika digali lebih dalam lebih bagus.
Ciri-ciri akar yang terkontaminasi Micoriza akar diselimuti hypa jamur dan akarnya panjang.
Jika sudah dapat sebaiknya Biang Micoriza tersebut di masukan dalam wadah/tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.

Cara memperbanyak Mikoriza;
Pasir/tanah/arang sekam dipanaskan selama 1 – 2 jam, tujuannya agar steril dan miskin unsur hara.
Kemudian masukkan ke dalam pot/polibag/bak plastik sampai ¾ volumenya.
Siapkan benih (apa saja, boleh jagung/cabe/tomat dll) yang sekiranya memiliki akar panjang, baiknya yang sudah berkecambah atau tumbuh 2-3 daun.
Lalu biarkan benih tumbuh sampai berumur 2 minggu dengan melakukan penyiraman secara teratur di tambahkan pupuk organik sedikit.
Kemudian masukkan starter/isolat mikoriza yang berupa akar bermikoriza/spora MVA di sekitar perakaran sebanyak 0,5 – 1 gram.
Pelihara selama 2 bulan, sambil di siram dan boleh diberi pupuk cair yang berkadar P rendah.
Saat masuk bulan ke 3, hentikan penyiraman selama 1 bulan.
Simpan semua biakan/pot/polybag di tempat yang terkena sinar matahari penuh
Potong tumbuhan inangnya, sisakan batangnya saja kurang lebih 1/3 nya
2-3 minggu kemudian Micoriza dan sudah siap di panen.
Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar tanaman inang dan mengambil bagian akarnya. Akar lalu dipotong kecil-kecil (± 0,5 cm) dan dicampur dengan media tanamnya. Masukan dalam kantong plastik.
Jika tidak langsung di aplikasikan simpan di tempat yang teduh, lebih bagus di lemari es.

Cara aplikasi ke media tanam;
Caranya membuat lubang tanam sedalam 5-10 cm, kemudian ambil tanahnya dan campurkan dengan mikoriza.
Untuk lahan yang cukup luas bisa langsung di campurkan dengan lahan sewaktu pengolahan tanah ( seminggu sebelum tanam.
Dosis yang digunakan minimal 15 – 20 gram/bibit atau untuk 1 m².
Aplikasi sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari (pukul 16.00 – 18.00 WIB).

Catatan;
Sebaiknya pembiakan dibuat sebanyak mungkin dan disesuaikan dengan lahan/media tanam yang akan di tanami.
Aplikasinya hanya digunakan sekali untuk seumur hidup, selama tidak memakai pestisida kimia.

      Demikian sedikit informasi mengenai mengenai cara membuat dan memperbanyak mikoriza.
Semoga bermanfaat dan sukses.

04 October, 2017

Mengenal Bakteria

      Bakteri bersifat kosmopolitan, karena merupakan makhluk hidup yang  paling banyak jumlahnya dan tersebar luas hampir di semua tempat seperti di makanan , tanah, air, udara, dalam tubuh makhluk hidup dan bahkan di tempat yang sangat ekstrim seperti di dalam magma. Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler prokariotik atau inti selnya tidak memiliki membran/selaput inti yang mempunyai diding sel seperti tumbuhan namun umumnya tidak berklorofil.

  Ciri-ciri bakteri;
1. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniselluler).
2. Tidak memiliki membran inti sel (Prokariot).
3. Ukuran tubuhnya rata-rata 1 - 5 mikron.
4. Pada umumnya tidak memiliki klorofil.
5. Memiliki bentuk bermacam-macam.
6. Parasit atau hidup bebas.
7. Hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dan dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan.
8. Dapat hidup di lingkungan keras / ekstrim seperti pada mata air panas, kawah/magma.

Struktur bakteri; 
Struktur bakteri dibagi menjadi dua bagian yaitu;

1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri).
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan.
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu).
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.

Struktur Dasar Bakteri;
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).

2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein. Di bagian dalam membran plasma terdapat lekukan-lekukan yang disebut mesosom.

3. Mesosom daerah atau  bagian dalam membran plasma yang mengalami lipatan. Fungsinya diduga sebagai organel respirasi sel. berarti mesosom menggantikan peranan organel mitikondria pada sel eukariotik. Namun keberadaan mesosom itu sendiri masih diperdebatkan sampai sekarang.

4. Sitoplasma adalah cairan sel.  di dalam sitoplasma terdapat organel-organel dari sel seperti ribosom, mitokondria, retikulum endoplasma dan lain sebagainya.

5. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma berbentuk bulat-bulat kecil, tersusun atas protein dan RNA. Fungsinya untuk sintesa protein.

6. Granula penyimpanan, untuk menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Struktur tambahan bakteri; 
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.

2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Bentuknya mirip cambuk

3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.

4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.

5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif yang terbentuk jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.

Bentuk Bakteri
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil. Berbagai macam bentuk bakteri :

1. Bakteri Kokus :

a.Monokokus yaitu berupa sel bakteri bulat tunggal.

b.Diplokokus yaitu dua sel bakteri bulat yang berdempetan.

c.Tetrakokus yaitu empat sel bakteri bulat yang berdempetan berbentuk segi empat.

d.Sarkina yaitu delapan sel bakteri bulat yang berdempetan membentuk kubus.

e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri bulat berdempetan membentuk rantai.

f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur.

2. Bakteri Basil :

a. Monobasil yaitu berupa sel bakteri batang tunggal.

b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri batang yang berdempetan.

c. Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.

3. Bakteri Spirilia :

a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang.

b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup

c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma.

Alat Gerak Bakteri

Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi kehidupannya. Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang berbeda-beda pula yaitu :

A. Monotrik B. Lofotrik C. Lofotrik D. Peritrik

a. Atrik, tidak mempunyai flagel.
b. Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
c. Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
d. Amfitrik, mempunyai flagel pada kedua ujungnya.
e. Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah :

1. Suhu
2. Derajat keasaman atau pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat-zat sisa metabolisme
6. Zat kimia

Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.misalnya berdasarkan kisaran suhu tempat hidupnya bakteri dibagi menjadi 4 golongan :

a. Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C
b. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C
c. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara 40° – 75 °C
d. Bakteri hipertermofil, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C

Penggolongan bakteri berdasarkan sumber oksigen yang diperlukan dalam proses respirasi. Bakteri itu dikelompokan sebagai berikut :

a. Bakteri aerob, yaitu bakteri yang menggunakan oksigen bebas dalam proses respirasinya. Misal: Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter.
b. Bakteri anaerob, yaitu bakteri yang tidak menggunakan oksigen bebas dalam proses respirasinya. Misal: Streptococcus lactis
c. Bakteri aerob obligat, yaitu bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana mengandung oksigen. Misal: Nitrobacter dan Hydrogenomonas.
d. Bakteri anaerob obligat, yaitu bakteri yang hanya dapat hidup dalam suasana tanpa oksigen. Misal: Clostridium tetani.  Bakteri ini penyebab penyakit tetanus, oleh karena itu orang yang terkena tetanus diberikan udara yang kaya oksigen untuk mempercepat proses penyembuhannya.
e. Bakteri anaerob fakulatif, yaitu bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Misal: Escherichia coli, Salmonella thypose dan Shigella.

Penggolongan bakteri berdasarkan cara mendapatkan makanan :

a. Bakteri heterotrof
yaitu bakteri yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Bakteri heterotrof dibagi lagi menjadi 2 yaitu bakteri saprofit dan parasit. Bakteri saprofit adalah bakteri yang mendapatkan makanan dari sisa-sisa makhluk hidup seperti kotoran, sampah dan bangkai makhluk hidup. Sedangkan bakteri parasit memperoleh makanan dari mengambil makanan makhluk hidup inangnya.

b. Bakteri autotrof
yaitu bakteri yang dapat menyusun zat makanan sendiri dari zat anorganik yang ada. Dari sumber energi yang digunakannya, bakteri autotrof  dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: bakteri  fotoautotrof dan kemoautotrof.
Bakteri fotoautrotof  yaitu bakteri yang memanfaatkan cahaya sebagai energi untuk mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses fotosintesis. Contoh bakteri ini adalah: bakteri hijau, bakteri ungu.
Bakteri kemoautrotof adalah bakteri yang menggunakan energi kimia yang diperolehnya pada saat terjadi perombakan zat kimia dari molekul yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan melepaskan hidrogen. Contoh bakteri ini adalah: Nitrosomonas , Nitrosocoocus, Nitrobacter

Cara Perkembangbiakan bakteri

Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua.

Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik antara bakteri satu dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.

Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Transformasi
adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari sel bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain tanpa kontak langsung. Pada proses transformasi saat sel bakteri donor mengalami lisis/hancur akan menyebarkan materi genetik ke lingkungan sebagian dari materi genetik akan bergabung dengan materi genetik bakteri penerima. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi.

2. Transduksi
adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, sel bakteri donor terinfeksi oleh virus bakteri / bakteriofage sehinggga bakteri mengalami siklis litik yang diakhiri dengan pecahnya sel bakteri/lisis dan mengeluarkan virus-virus baru hasil reproduksi virus dalam sel bakteri dan virus-virus baru ini juga membawa materi genetik dari bakteri. Virus-virus baru/bakteriofage yang nonvirulen (menimbulkan siklus lisogen) memindahkan materi genetik/DNA yang dibawanya dan bersatu dengan DNA bakteri inangnya. Materi genetik/DNA dari virus ini disebut profag.

3. Konjugasi
adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan yang disebut pilus. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.

Peranan Bakteri Dalam kehidupan manusia

bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

1. Pembusukan/penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia colie

2. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya :
Acetobacter pada pembuatan asam cuka
Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan yoghurt
Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco
Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.
3. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.

4. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter yang berperan dalam proses nitrifikasi mengikat Nitrogen bebas di udara dalam bentuk akhir ion nitrat yang dibutuhkan tanaman. Proses nitrifikasi sebenarnya terdiri dari dua tahap yaitu :
Nitritasi : oksidasi amonia (NH3) menjadi nitrit (NO2-) oleh bakteri nitrit. Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus.
Nitratasi : oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat (NO3-) oleh bakteri nitrat. Proses ini dilakukan oleh kelompok bakteri Nitrobacter
5. Penghasil antibiotik contohnya adalah :
Bacillus polymyxa penghasil antibiotik untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif
Bacillus subtilis penghasil antibiotik untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif
Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan TBC
6. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium acetobutylicum

7. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya methanobacterium

8. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.

Bakteri yang merugikan sebagai berikut :

1. Pembusukan makanan contohnya Clostridium botulinum

2. Penyebab penyakit pada manusia contohnya :
Mycobacterium tuberculosis penyebab penyakit TBC 
Vibrio cholerae penyebab kolera atau muntaber
Clostridium tetani penyebab penyakit tetanus
Mycobacterium leprae penyebab penyakit lepra
3. Penyebab penyakit pada hewan contohnya Bacilluc antrachis penyebab penyakit antraks pada sapi

4. Penyebab penyakit pada tanaman budidaya contohnya :
Pseudomonas solanacearum penyebab penyakit pada tanaman tomat, lombok, terungdll
Agrobacterium tumafaciens penyebab tumor pada tumbuhan

Cara budidaya Kentang (Solanum tuberosum L)

       Kentang atau dikenal dengan nama latin Solanum tuberosum L merupakan tumbuhan dari suku Solanaceae.
Tumbuhan ini berumbi dan menjadi salah satu makanan pokok penting bagi penduduk negara-negara di Eropa.
Namun bukan berarti asal tumbuh kentang berasal dari daratan eropa.
Pada awalnya kentang didatangkan dari Amerika Selatan oleh penjelajah asal Spanyol dan Portugis, kemudian tumbuhan ini ditanam dan hingga berkembang dengan baik di daratan Eropa.
Tumbuhan ini dari tempat asalnya telah di budidayakan sejak ribuan tahun silam dan merupakan tumbuhan herba atau berbatang pendek.
Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik di daratan beriklim sejuk dan dapat ditanam di daratan tinggi du negara-negara tropis seperti Negara Indonesia.
Berikut adalah klasifikasi ilmiahnya.

   Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : S. tuberosum
Nama binomial : Solanum tuberosum L.

       Kentang diduga masuk ke Indonesia pada tahun 1794 dan di tanam pertama kali di daerah Cimahi di provinsi Jawa barat. Sejak itu lah kentang ditemukan di wilayah Priangan dan kawasan Gunung Tengger.
Pada tahun 1812 kentang sudah dikenal dan di jual di Kedu, namun penduduk di pulau Sumatera sudah mengenalnya pada tahun 1811.
Kentang mengandung vitamin A, B-kompleks, C, asam folat mineral, protein, karbohidrat, karotenoid dan polifenol. Dalam pohon kentang juga diketahui memiliki zat solanin yang berguna sebagai obat penenang, anti kejang, anti jamur dan pestisida.
Kompresan air kentang ini dikenal sangat membantu untuk pengobatan luka pada kulit, terlebih di negara miskin yang sulit mendapatkan fasilitas cangkok kulit (skin graft).
Namun bila kentang terpapar cahaya, umbi pada tanaman kentang akan membuat senyawa glikoalkaloid atau lebih dikenal dengan sebutan solanin, maka akan berbahaya bila dikonsumsi. Akibatnya akan menimbulkan terganggunya sistem saraf, terbakar tenggorokan, sakit kepala, paralisis/lumpuh tungkai dan badan mendingin. Apabila dosis yang dikonsumsi sudah mencapai 3-6 mg, akibat bisa fatal. Pengobatan yang bisa dilakukan ialah memberi arang aktif/norit, cuci lambung dan diberi cairan infus. Sebab itu, untuk pencegahan terjadinya solanin pada kentang yang hendak dikonsumsi itu, maka letakkan kentang di tempat yang gelap. Memasak solanin pada suhu tinggi dapat menghancurkan sebagian solanin.
Hindari mengonsumsi kentang yang sudah berkecambah dan berwarna hijau di bagian bawah kulit, karena alkaloid solaninnya sudah tinggi dan sudah sangat beracun.

Teknik Budidaya

       Kentang akan tumbuh sempurna di dataran tinggi yaitu berkisar antara 1.600 hingga 3.000 meter diatas permukaan laut.
Kelembaban udara tinggi antara 80% hingga 90%.
Curah hujan yang baik.

Pemilihan Bibit Unggul
Terdapat tunas pada umbi dan memiliki daya tahan yang baik pada umbi, setelah 4 bulan pasca panen.
Mata tunas setidaknya memiliki panjang ±2 cm dan memiliki 4-5 mata tunas pada tiap umbi kentang. Usahakan permukaan kulit umbi tidak memiliki cacat dan penyakit.

Media tanam
Pemilihan dan pengolahan lahan yang baik adalah modal utama dalam melakukan budidaya kentang yang baik.
Tahap awal adalah menggemburkan tanah dan diamkan selama ±3 hari, supaya bibit penyakit dalam media tanam dapat mati terkena paparan sinar matahari secara langsung.
Setelah itu berikan pupuk kompos pada lahan yang berguna sebagai pupuk dasar, kemudian diamkan selama ± 7 hari.
Lalu buatlah bedengan-bedengan pada lahan dan usahakan bedengan tersebut menghadap ke arah timur dan barat,
Lebar bedengan tersebut antara 70-75 cm dan tinggi 30-35 cm serta jarak  bedengan dengan bedengan yang lain antara 40 cm.

Jarak tanam
Buatlah lubang tanam di atas bedengan dengan jarak antar lubang tanam kira – kira 20cm hingga 25 cm.
Tahap selanjutnya adalah menanam umbi kentang yang telah dipersiapkan. Sebaiknya awal tanam dimulai pada saat musim penghujan agar tanaman baru langsung mendapatkan suplay air yang cukup.

Pemupukan
Penggunaan pupuk dapat dilakukan dengan rotasi setiap 20 hari dan pemupukan harus dilakukan secara rutin.
Cara aplikasinya ditaburkan di tengah-tengah antara jarak tanam.
Pupuk dan dosis yang digunakan adalah sebagai berikut;
Pupuk Urea 500kg/h.
Pupuk ZA 150kg/h.
Pupuk KCL 100kg/h.
Pupuk SP36 400kg/h.

Penyiangan
Pembersihan gulma merupakan hal penting yang harus dilakukan.
Gulma adalah tumbuhan asing yang dapat mengganggu pertumbuhan dan hasil produksi tanaman.
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan saat waktu pemupukan yaitu setiap 20 hari sekali atau dapat juga lakukan pada saat umur tanaman telah mencapai 30 hari dan dapat juga dimulai pada saat umur 50 hari.

Penyiraman
Penyiraman dilakukan 1 hari sekali atau bisa juga dilakukan pada waktu kondisi tanah terlihat kering.
Usahakan waktu penyiraman jangan terlalu banyak (tergenang), karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang disebabkan terlalu banyak air.

Masa panen
Pada umumnya kentang sudah dapat dipanen telah mencapai usia 3-4 bulan dan usahakan waktu pemanenan waktu kondisi cuaca cerah.
Setelah kentang dipanen, diamkan di lahan sekitar 1 jam supaya terpapar sinar matahari secara langsung. Karena kulit umbi akan mengering dan kotoran tanah akan terlepas semua.

      Demikian sedikit informasi mengenai kentang, semoga bermanfaat dan sukses.

20 September, 2017

Cara mengatasi wawung (Wawong)

        Wawung atau lebih dikenal dengan nama kumbang bor / badak. Pada dasarnya Wawung dikategorikan sebagai hama yang serius di perkebunan kelapa dan kelapa sawit.
   Hewan ini hanya menyerang pelepah janur bagian dalam (pondo).
Wawung sangat aktif dimalam hari dan suka berpindah-pindah dari pohon satu kepohon lainnya.

1 wawung dapat membunuh 5 pohon kelapa sawit.
Lalu bagaimana bila ada 10 Wawung dan bagaimana dampak negatif yang ditimbulkan ?.
Jika 1 Wawung dapat membunuh 5 pohon, maka 10 Wawung dapat membunuh 50 pohon.

   Dari  hasil pengamatan kebiasaannya dapat dipastikan, bahwa cara mengatasinya harus dimalam hari.
Sebab malam hari adalah yang paling pas untuk memancing hewan ini keluar.       
  Langkah awal yang harus ditempuh adalah mencari pohon yang terserang.
Bila sudah selesai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ;

    Bahan utama ;
   - Ember ukuran besar
   - Madu murni
   - Insektisida merk decis.

Cara membuat ;
Campur Madu dan decis kedalam ember secukupnya, lalu aduk-aduk hingga rata.

Cara penggunaan ;
Oleskan ramuan madu dan decis ke dinding dan kebagian dalam seluruh ember.
Lalu letakkan ember di gawangan / pasar hidup dan usahakan disekitar gawangan ada tanaman yang terserang.

     Fungsi madu adalah sebagai media pemancing hewan wawung untuk keluar dari pohon yang diserang. Karena dari aroma madu yang khas ini dapat menariknya untuk keluar.
    Fungsi insektisida decis adalah untuk membuka saluran natrium secara permanen yang mengakibatkan Wawung terangsang secara terus menerus.
Dampaknya, Wawung akan mengalami kejang-kejang dan  memblokir syaraf, lalu pada akhirnya akan mati.

   Ada cara lain yang lebih sederhana dan efisien untuk mengatasi hama Wawung.

    Bahan-bahan ;
· Madu secukupnya.
· Insektisida merk decis
   secukupnya.
· Botol / gelas bekas air mineral.
· Benang bekas / baru.
· Kapas secukupnya.
· Pisau

      Cara membuat ;
Campur madu dan decis , kemudian aduk sampai merata.
Potong botol menjadi 2 bagian.
Lalu buat 2 lubang diunjung botol arah kanan dan kiri.
Kemudian pasang tali di lubang botol yang menyerupai bentuk ember / tong.

  Cara penggunaan ;
Celupkan kapas kedalam campuran madu dan decis tadi.
Kemudian masukkan kedalam potongan botol.
Lalu gantungkan di pohon yang diserang hama tadi.

Catatan ;
Untuk menggunakan cara ini jangan waktu akan turun hujan.

   Demikianlah sedikit informasi mengenai cara sederhana membasmi Wawung.
Semoga bermanfaat dan memberikan solusi bagi sahabat petani.
   Sekian dan terimakasih.                

01 February, 2017

Takaran herbisida menurut sifat dan kegunaan

     Herbisida adalah jenis pestisida pembasmi gulma. Herbisida diambil dari kata "herba" yang berarti tanaman setahun, sedangkan "sida" yang berarti racun.
Cara kerja herbisida dibedakan dari 2 tipe yaitu pra tumbuh dan pasca tumbuh.

     Pada umumnya herbisida bekerja dengan cara menggangu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino pada tubuh gulma sasaran.
Herbisida dapat menjadi kompetitor, karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang mudah dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya.
Cara kerja lainnya dengan mengganggu keseimbangan produksi senyawa-senyawa yang diperlukan oleh tumbuhan itu sendiri.
Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan penyebab penurunan hasil.
Lahan pertanian biasanya ditanami tanaman sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun tumbuhan lain atau gulma juga dapat tumbuh di lahan tersebut, sebab antara tanaman dan gulma saling berkompetisi dalam mendapatkan unsur hara di tanah, penyerapan cahaya matahari.
Kemudian herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan "asing" atau gulma pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

       Perbedaan herbisida menurut cara kerjanya;
Herbisida pra tumbuh digunakan pada lahan setelah diolah dan sebelum benih gulma bertebar atau setelah penyemprotan gulma dilaksanakan maka dengan segera benih ditebar dilahan. Herbisida jenis ini bersifat nonselektif atau membunuh semua tumbuhan yang ada.
Herbisida pasca tumbuh yaitu diberikan setelah benih gulma memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini bersifat selektif artinya tidak tidak mengganggu tumbuhan pokoknya.
Herbisida jenis ini ada 2 macam yaitu herbisida bersifat kontak dan sistemik.
1). Herbisida kontak adalah herbisida untuk menyiang gulma secara langsung dalam mengganggu tumbuhan untuk berfotosintesis artinya gulma akan mati bila bersinggungan secara langsung.
Contoh produk herbisida jenis ini adalah NOXONE 297SL.

2). Herbisida sistemik adalah herbisida yang bekerja mengganggu enzim dan berperan dalam membentuk asam amino yang berguna untuk tanaman, sehingga herbisida sistemik mudah diserap keseluruh jaringan tumbuhan dan akan mati sampai keakar-akarnya.
Contoh produk herbisida jenis ini adalah GARLON, STARLON dan Round up.

        Pembeda penjelasan sifat herbisida diatas merupakan contoh kecil dari herbisida kontak dan sistemik.
Pada umumnya produk herbisida yang banyak dijual di toko pertanian memiliki kualitas berbeda-beda, tergantung dari bahan kimia yang digunakan.
Perbedaan yang mencolok adalah warna dan kemasan. Jika herbisida kontak biasanya warnanya cenderung biru dan oleh sebab itulah petani biasa menyebutnya dengan nama obat biru (herbisida berwarna biru). Jika herbisida sistemik biasanya warnanya cenderung berwarna kuning dan ada juga yang transparan( bening), petani biasa menyebutnya dengan nama obat kuning (herbisida berwarna kuning) dan sebagainya.

      Takaran paling umum yang dianjurkan oleh produsen herbisida adalah 2 - 3 liter per herktar dan 3 - 4 liter per hektar. Untuk mensiasati ini gulma dibedakan dari 3 tipe yaitu gulma ringan, gulma sedang dan gulma berat maksudnya adalah sebagai berikut.

1. Gulma ringan.
Gulma ringan adalah dari jenis rumput rumputan, kondisi pertumbuhannya tidak terlalu tinggi dan jaraknya cenderung jarang. Takaran yang dapat diterapkan antara 50 - 70 cc per 15 - 20 liter air.

2. Gulma sedang.
Gulma sedang adalah gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur gulma antara 3 - 5 bulan dengan ketinggian 40 - 60 cm. Takaran yang dapat diterapkan antara ±100 cc per 15 - 20 liter air.

3. Gulma berat.
Gulma berat adalah gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar, untuk umur yang sangat tua dengan ketinggian mencapai bahu dan kepala orang dewasa. Takaran yang tepat di terapkan antara 120 - 150 cc per 15 - 20 liter air.
Penerapan penyiangan seperti ini kurang efektif dan efisien, karena kematian gulma menjadi tidak merata dan perlu melakuakan penyiangan ulang (Rotasi) 2 - 3 kali.

       Demikian sedikit informasi mengenai cara menerapkan dosis herbisida. Semoga bermanfaat dan sukses. Sekian dan terima kasih.

28 January, 2017

Cara mengatasi bercak daun pada tanaman kelapa sawit

      Penyakit bercak daun disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur yaitu jamur Curvularia eragrostidis, Curvularia sp, Drechslera halodes, Cochliobolus carbonus, Cochliobolus sp dan Pestalotiopsis sp.
Jamur/patogen tersebut menyebar melalui spora yang terbang di bawa angin atau percikan air.

   Pada umumnya penyakit tersebut menyerang bibit (tanaman muda) kelapa sawit.
Faktor penyebab utamanya adalah kelembaban udara yang terlalu tinggi, sehingga spora mudah tumbuh dan berkembang.
Selain itu banyaknya gulma yang tumbuh pada lokasi  persemaian. Karena gulma dari keluarga gramineae merupakan inang sementara potensial bagi jamur/patogen tersebut. Oleh sebab itu, kebersihan pada lokasi persemaian menjadi penentu berkembangnya patogen tersebut.

  Jika terdapat indikasi bibit terinfeksi jamur tersebut, maka penyiraman harus menghindarkan air mengenai daunnya secara langsung dan usahakan langsung mengenai permukaan tanah didalam polibag.
Kemudian penyiraman harus dikurangi dalam jangka waktu tertentu.
Penjarangan bibit pada persemaian harus dilakukan. Jika kondisi penyebaran patogen telah mencapai diambang batas, maka bibit yang terinfeksi harus segera dimusnahkan atau dipisahkan jauh dari persemaian.
Jika yang terinfeksi hanya sedikit, maka daun pada bibit kelapa sawit tersebut cukup diambil dan dimusnahkan dengan cara dibakar.
Selain itu pengendalian jamur tersebut dapat dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida dari golongan fungisida dengan kosentrasi sebagai berikut.

Aplikasi :

Fungisida merk thibenzol, captan atau thiram dengan konsentrasi 0,1-0,2% setiap 10-14 hari sekali.

    Semoga bermanfaat dan sukses.

Cara mengatasi karat daun pada tanaman kelapa sawit.

     Penyakit karat daun adalah penyakit yang paling umum dijumpai di perkebunan kelapa sawit.
Penyakit ini menyerang tanaman produktif dan tidak produktif.
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis alga yaitu alga Cephaleuros virescen.
Ciri-ciri gejala penyakit ini berupa pembentukan karat berwarna kemerahan pada pelepah-pelepah tua (pelepah penyangga buah). Oleh sebab itu seluruh daun pada pelepah-pelepah penyangga menjadi kering dan kemudian mati.

     Penyakit karat daun diketahui dapat mengganggu kemunculan tandan buah baru dan mengurangi hasil produksi buah kelapa sawit.
Selain itu tindakan pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida tembaga, seperti fungisida Kurproxat 345SC dengan dosis 2,5- 5 gram / 2 liter air bersih dan dengan interval penyemprotan satu minggu sekali.

    Semoga bermanfaat dan sukses.

26 January, 2017

Cara mengatasi penyakit tajuk pada tanaman kelapa sawit

      Penyakit tajuk atau lebih dikenal dengan penyakit Crown disease adalah penyakit pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh gen keturunan tanaman induk. Penyakit ini merupakan penyakit merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat perlu penanganan yang serius.
Jika tidak dilakukan, maka sudah dapat dipastikan tanaman kelapa sawit yang berasal dari induk berpenyakit produktifitasnya sangat rendah, karena tanaman tidak dapat membentuk buah dengan maksimal.

      Penyakit ini tergolong penyakit turunan dan secara umum sangat terlihat pada tanaman kelapa sawit berusia 2-4 tahun setelah tanaman.
Tanaman bergen penyakit tajuk dapat diketahui pada pelepah yang bengkok-bengkok dan tidak memiliki helai daun seperti tanaman pada umumnya.
Ciri lain terlihat pada daun pertengahan hingga keujung pelepah yaitu daun kecil-kecil, sobek atau tidak memiliki helai daun sama sekali.

     Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini adalah sebagai berikut ;
1). Menggunakan bibit yang sehat dan berkualitas dan jelas asal – usulnya.
2). Menggunakan bibit bersertifikat yang sudah terbukti kualitasnya,
3). Menyingkirkan tanaman-tanaman yang memiliki gen panyakit tajuk.
4). Pastikan piringan selalu bersih dari gulma pengganggu.

     Penyakit ini bisa dikatakan cacat bawaan atau bisa dikatakan sifat dari genetik yang diturunkan dari tanaman induk.
Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti untuk mengatasi dan mengendalikan penyakit ini.
Oleh sebab itu harus dilakukan seleksi terlebih dahulu pada tanaman yang akan dijadikan induk, karena akan bersifat beregenerasi  terhadap penyakit ini atau bisa dikatakan indukan yang terinfeksi penyakit ini tidak boleh dijadikan indukan.
Kemudian dari beberapa kasus dilapangan, hanya terdapat beberapa pohon saja yang dapat sembuh dan normal. Namun hanya kondisi fisik dari pohon tersebut terindikasi lemah dan dapat terserang kembali sewaktu-waktu.

       Semoga bermanfaat dan sukses.

21 January, 2017

Cara mengatasi Penyakit Akar / Busuk Akar Sawit (Blast disease) pada tanaman kelapa sawit.

      Penyakit akar adalah salah satu dari deretan penyakit yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan kelapa sawit.
Penyakit ini disebut dengan Blast disease yang disebabkan oleh cendawan/jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp.
Cendawan ini selalu menyerang sistem perakaran tanaman kelapa sawit yang berada didalam tanah dan menyebabkan akar tanaman membusuk. Pada umumnya Akar tanaman yang terinfeksi akan membusuk dan rusak, sehingga fungsinya sebagai penyerap nutrisi dan air akan terhenti.
Akibatnya akan mengganggu pertumbuhan dan pada akhirnya tanaman akan menjadi mati.

    Ciri-ciri tanaman kelapa sawit yang terinfeksi jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp, biasanya pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal, kerdil, kondisi tanaman menjadi lemah dan menjadi nekrosis (daun berubah warna dari hijau menjadi kuning) pada daun tanaman.
Perubahan warna daun (nekrosis) ini dimulai dari ujung daun dan hanya dalam waktu beberapa hari saja tanaman akan mati.
Penyakit ini bisa menyerang mulai dari pembibitan, tanaman muda hingga tanaman dewasa.
Namun penyakit ini sering ditemukan pada masa pembesaran bibit dan sangat jarang di temui pada tanaman usia produktif.

     Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pencegahan yaitu dengan melakukan budidaya yang baik dan benar sesuai dengan prosedur budidaya yang dianjurkan.
Biasanya cara ini dapat dilakukan dengan mengikuti berbagai program penyuluhan dari petugas Dinas terkait dan Mitra perkebunan rakyat.
Selain itu tindakan yang paling efesien untuk mencegah penyakit akar sebaiknya dilakukan sejak dini yaitu sejak pemilihan bibit dan persemaian.
Berikut adalah cara sederhana untuk melakukan pencegahan sejak dini untuk mengendalikan Blast disease.
• Menggunakan benih dari varietas bersertifikat yang sudah teruji kualitasnya.
• Menggunakan media semai yang baik dan tidak terinfeksi jamur Rhizoctonia lamellifera dan Phytium sp.
• Mencegah perkembangbiakan jamur dengan mengkondisikan media semai pada pH yang ideal.
• Melakukan penyemaian dengan baik agar bibit sehat dan kuat.
• Pemberian naungan pada bibit dimusim kemarau.
• Pemberian air yang cukup dan tidak berlebihan.
• Mengaplikasikan fungisida sejak dini untuk pencegahan.

    Jika pengendalian penyakit akar pada tanaman produktif, maka dapat dilakukan dengan cara penyemprotan menggunakan fungisida secara berkala,berikut adalah langkah yang dapat dilakukan.
Bahan-bahan;
• Fungisida.
• Air.

Aplikasi;
Masukkan fungisida kedalam tanki semprot dengan dosis 20 gr atau 20 cc untuk fungisida berjenis cair.
Kemudian tambahkan 15 L air bersih dan semprotkan pada batang pohon beserta piringan.

     Semoga bermanfaat dan sukses.

Cara mengatasi busuk kuncup pada tanaman kelapa sawit

     Penyakit busuk kuncup atau lebih dikenal dengan sebutan Spear rot merupakan penyakit tanaman kelapa sawit yang menyerang bagian kuncup atau pupus tanaman.
Penyakit ini menyebabkan pertumbuhan tanaman tumbuh tidak normal, kerdil, pertumbuhan menjadi sangat lambat dan tidak mampu membentuk buah. Penyakit busuk kuncup sering menyerang tanaman muda atau sebelum tanaman mampu berproduksi.
Gejala awal penyakit ini dapat ditandai dengan adanya rizomorf jamur berwarna putih pada permukaan buah terutama dibagian pangkal, mula-mula pada tandan terbawah (bila telah berbuah).
Penyakit ini biasanya mulai menyerang buah berumur 2-4 bulan, tetapi kadang- kadang tandan dan bungapun terserang.
Jika tandan buah terserang, maka tandan buah menjadi rusak sebagian atau seluruhnya menjadi busuk, perikarp menjadi lembek berwarna coklat, kemudian menghitam menyebabkan naiknya kadar asam lemak bebas dalam minyak yang dihasilkan.

     Penyakit ini disebabkan oleh jamur Marasmius palmavorus.
Pada umumnya menyerang pupus janur yang membusuk.
Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti fungisida atau biopestisida yang dapat mengendalikan jenis patogen/jamur marasmus palmavorus ini.
Namun biasanya petani hanya memotong kuncupnya (pupus) yang terinfeksi jamur ini.
Namun hal ini tidak cukup untuk membantu.

Pengendalian;
1). Mengurangi kelembaban.
2). Melakukan kastrasi.
3). Membuang bunga dan buah yang busuk.
4). Penunasan dan penyiangan gulma tepat waktu.
5). Pastikan piringan selalu bersih dari gulma.
6). Melakukan aplikasi fungisida sikloheksimid, kaptafol, fenilmerkuri asetat atau tebukonazol dengan konsentrasi 0,1-0,2%, 300 l/ha.

      Semoga bermanfaat dan sukses.

08 January, 2017

Cara membuat insektisida nabati

     Ageratum conyzoides adalah tumbuhan dari keluarga Asteraceae.
Tumbuhan ini merupakan gulma disekitar lahan pertanian maupun terdapat pada lahan perkebunan.
Selain dari sifat merugikannya bagi tanaman disekitar hidupnya,
Ageratum conyzoides dapat dimanfaatkan menjadi pestisida nabati.
Penggunaan pestisida nabati diketahui lebih aman dan ramah bagi lingkungan dan dapat menjadi solusi untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Selain itu dapat menekan penggunaan pestisida kimia berlebihan, mengurangi biaya produksi dan dampak buruk bagi kesehatan petani dan pencemaran lingkungan.

   Ageratum conyzoides adalah sejenis gulma pertanian dari anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis khususnya wilayah Brasil. Namun di Indonesia disebut dengan nama wedusan (Jw), babandotan (Snd), balam (Ptk) dan tombak (sumatra) serta dalam bahasa Inggris disebut Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed.
Tumbuhan ini mendapatkan namanya karena baunya hampir mirip dengan kambing.
Berikut adalah klasifikasi ilmiahnya.


Klasifikasi ilmiah;
Kerajaan : Plantae
(tidak termasuk) : Angiospermae
(tidak termasuk) : Eudikotil
(tidak termasuk) : Asterids
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Bangsa : Eupatorieae
Genus : Ageratum
Spesies : A. conyzoides
Nama binomial
Ageratum conyzoides L.
   Genus Ageratum ini termasuk herba menahun, tegak bulat, berbulu, dan bercabang dengan ketinggian antara 30 - 80 cm serta memiliki daya adaptasi tinggi.
Ciri daun saling berhadapan serta memiliki bentuk bulat telur
Bentuk bunganya bulat mangkuk berwarna putih keunguan dan berkembang biak melalui biji serta dapat hidup  ketinggian 2.100 mdpl.

     Daun Ageratum conyzoides dapat diekstrak menjadi insektisida organik serta mengandung dua senyawa aktif yaitu precocene I dan precocene II, selain itu Ageratum conyzoides mengandung saponin, flavanoid, polifenol dan minyak atsiri.
Precocene I dan precocene II dikenal sebagai senyawa anti hormon juvenil, hormon ini diperlukan oleh serangga selama metamorfosis dan reproduksi.
Senyawa precocene diduga mengalami reaksi kimia dalam tubuh serangga, sehingga menjadi reaktif dan menyebabkan terjadinya kerusakan protein sel dan kematian sel. 
Kematian sel-sel tersebut adalah sel-sel kelenjar corpora allata yang dapat menghasilkan hormon juvenil.
Saat pemberian senyawa precocene akan menyebabkan turunnya titer hormon juvenil, sehingga serangga dapat menjadi metamorfosis dini, imago menjadi steril, diapause dan  mengganggu produksi feromon.
Kandungan precocene pada Ageratum conyzoides dapat bekerja sebagai racun kontak serta berfungsi sebagai racun perut.
Kemudian cukup efektif untuk mengendalikan serangga-serangga hama pertanian diantaranya adalah Aphis craccivora, Bombyx mori, Oncopeltus fasciatus, Dysdercus cingulatus, Heliothis armigera, dan H. talaca.

    Menurut penelitian Ageratum conyzoides dapat digunakan sebagai pestisida golongan herbisida alami yaitu jika dilihat dari populasinya yang lebih dominan dibandingkan dengan tanaman liar lain didalam suatu lahan pertanian maupun perkebunan dan diduga kuat memiliki alelopati yaitu suatu keadaan di mana tanaman/bahan tanaman mengeluarkan eksudat kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanaman lainnya.
Penggunaan daun Ageratum conyzoides  dengan dosis 2 ton/ha dapat menekan sampai 75% pertumbuhan beberapa gulma pada tanaman padi seperti Aeschynomene indica, Monochoria vaginalis dan Echinochloa crusgalli var. Formosensis Ohwi.
Karena pada daunnya mengandung alelopati yang diidentifikasi memiliki 3 jenis phenolic acid yaitu gallic acid, coumalic acid dan protocatechuic acid, yang berguna untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis gulma pada tanaman padi.

    Cara membuat bio pestisida atau pestisida golongan insektisida organik adalah sebagai berikut.
Bahan-bahan;
• Daun Ageratum conyzoides 5 kg.
• Deterjen 1 gram.
   Sebagai perekat.

Cara membuat;
Tumbuk atau giling Ageratum conyzoides sampai benar-benar halus.
Setelah itu larutkan deterjen dengan air.
Lalu campurkan kedua bahan dan aduk-aduk sampai benar-benar tercampur rata.
Kemudian diamkan selama 1 malam sebelum digunakan.
Dosis pemakaian;
25-30 cc / tanki 15 liter.

    Ageratum conyzoides dikenal luas sebagai obat luka baru maupun lama dengan cara ditumbuk  dan dicampur menggunakan minyak goreng atau kapur dan digunakan untuk obat luar.
Rebusan dari daun juga digunakan untuk obat sakit dada, sementara ekstrak daunnya untuk obat mata panas.
Tumbukan akar digunakan sebagai obat demam dan ekstraknya dapat diminum.
Namun pada tahun 1987 telah laporkan bahwa kandungan zat pada Ageratum conyzoides adalah minyak esensial, alkaloid dan kumarin.
Selain dikenal memiliki fungsi sebagai obat, tumbuhan ini mempunyai kekuatan racun serta efek samping yang ditimbulkan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan menumbuhkan bibit tumor.
Tumbuhan ini juga mengandung alkaloid pirolizidina.

Dikutip dari jurnal;
• Fakultas Pertanian, Universitas Miyazaki, Jepang, (Crop Protection, 2004, 23: (915 - 922), 2004.
• Ditjebun thn 1994.
• Heyne thn 1987.

    Demikian sedikit informasi mengenai cara membuat insektisida organik atau insektisida alami.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terimakasih.