13 December, 2016

Cara mengatasi Patch yellow pada tanaman kelapa sawit

     Penyakit garis kuning atau lebih dikenal dengan Patch yellow adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh jenis Fusarium Oxiysporum.
Penyakit ini banyak ditemukan menginfeksi daun muda dan menjalar hingga ke daun tua.
Ciri-ciri tanaman yang terinfeksi jamur ini pada umumnya daun-daunnya akan mengering dan gugur.
Penyakit ini diketahui menyerang pada bagian ujung daun yang belum membuka atau janur.
Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal dan tanaman tidak dapat membentuk bunga dan buah.

     Tanda-tanda penyakit ini dapat dilihat dari daun yang memiliki bercak-bercak lonjong berwarna kuning dan ditengah bercak-bercak kuning tersebut terdapat bercak-bercak berwarna cokelat.
tersebut terdapat bercak berwarna cokelat. Penyakit ini menyerang pada saat bagian ujung daun belum membuka dan akan menyebar ke helai daun yang telah terbuka pada pelepah yang sama. Penyakit ini menyerang tanaman yang mempunyai kepekaan tinggi dan diketahui karena faktor keturunan (genetik).

      Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara  rekayasa (inokulasi) pada bibit dan tanaman muda.
Selain itu  cara ini diketahui dapat mengurangi berkembangnya penyakit pada persemaian dan tanaman muda di lahan produksi.

     Semoga bermanfaat dan sukses.

Cara mengatasi antraknosa pada tanaman kelapa sawit

     Penyakit antraknosa atau penyakit busuk daun, pada umumnya menyerang bibit kelapa sawit muda.
Penyakit ini sebenarnya kumpulan dari nama penyakit atau infeksi pada bibit kelapa sawit kurang dari 3 bulan.
Penyebabnya adalah 3 jenis jamur atau patogenik bernama Botryodiplodiaspp, Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulata dalam bahasa latin.
Spora yang dihasilkan di dalam piknidia atau aservuli dan dapat menyebar dengan bantuan angin atau percikan air siraman dan air hujan. Penyakit ini telah dilaporkan terdapat di berbagai perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

    Gejala penyakit antraknosa cukup mudah diketahui melalui perubahan warna daun.
Bila terdapat bercak-bercak cokelat tua pada ujung daun dan tepi daun, kemudian terdapat bercak-bercak dikelilingi warna kuning pada batas antara bagian daun yang sehat dan yang terserang ataupun bila menyerang tulang daun, terlihat adanya warna cokelat dan hitam diantara tulang daun. Pada serangan parah, seluruh daun akan mengering dan selanjutnya tanaman akan mati.
Namun pada umumnya penyakit ini menyerang bibit pada umur 2-3 bulan. Kadang-kadang dijumpai bersamaan dengan gejala transplanting shock (cekaman pindah tanam). Biasanya gejala tersebut dijumpai pada bagian tengah atau ujung daun, berupa bintik terang yang selanjutnya melebar menjadi kuning kecoklat gelap.
Jaringan terinfeksi selanjutnya menjadi nekrosis, bercak meluas dengan batas antara bercak dengan jaringan sehat berwarna kuning. Kadang kala bercak tersebut memanjang sejajar dengan tulang daun.

     Faktor pendorong terjadinya serangan PDA ini adalah sama dengan faktor pendorong pada serangan PBD. Karenanya, selain pembersihanan lahan, penjarangan, pemangkasan, pengisolasian dan pemusnahan bibit yang telah kolaps, sekaligus melakukan pengurangan teduhan di atas pembibitan. Karena cahaya matahari dapat membantu mengurangi percepatan penyebaran pertumbuhan jamur/patogen.

Pengendalian;
Lakukan penyemprotan menggunakan fungisida ziram, thiram, captan atau triadimenol dengan konsentrasi 0,1-0,2% (10-20 cc) dengan putaran 7-10 hari atau dengan thibenzol dengan konsentrasi 0,1% dengan putaran 10-14 hari.

     Semoga bermanfaat dan sukses.

Penjelasan giberelin acid

     Giberelin ditemukan pertama kali di Jepang. Giberelin dalam bahasa Inggris disebut gibberellin atau asam giberelat atau gibberellic acid dan bila disingkat disebut GA.
Giberelin pertama kali dikenalkan pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan asal  Jepang bernama Eiichi Kurosawa dan  beliau meneliti tentang penyakit padi yang disebut "bakanae".
Hormon ini pertama kali diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta dari strain cendawan Gibberella fujikuroi. Isolat ini lalu dinamai gibberellin.
Pada tahun 1939 Teijiro Yabuta dan Hayashi berhasil mengisolasi crystalline material yang berfungsi menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah.
Dalam kurun waktu 11 tahun yaitu pada tahun 1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini serta menghasilkan "Gibberelline A" dan "Gibberelline X".
Kemudian penelitian selanjutnya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3.
Pada waktu yang sama  Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris juga melakukan penelitian dan menghasilkan 1 hormon yaitu hormon GA3.
Oleh sebab itu zat tersebut diberi nama Gibberellin acid dan telah disepakati oleh para peneliti, sehingga semakin terkenal hingga sekarang.

     Giberelin acid adalah kelompok dari semua anggota hormon dan memiliki fungsi serupa atau berkaitan dengan bioassay GA1.
Giberelin acid terdapat di sepanjang hidup tumbuhan serta diketahui mengatur perkecambahan, pemanjangan batang, pemicuan pembungaan, perkembangan kepala sari (anther), perkembangan biji dan pertumbuhan perikarp. Kemudian fitohormon ini juga berperan dalam proses terhadap rangsangan melalui fisiologis yang terkait dengan mekanisme biosintesisnya.

      Giberelin ditemukan dalam dua fase utama yang meliputi giberelin aktif (GA bioaktif) dan giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif) berfungsi mengontrol beragam aspek pertumbuhan, perkembangan tanaman, perkecambahan biji, pertumbuhan batang atau cabang, perluasan daun serta pembungaan dan pengembangan benih.

    Setelah giberelin di temukan pertama kali hingga tahun 2008. Maka telah ada 100 lebih jenis hormon giberelin yang berhasil ditemukan.
Keberhasilan tersebut diidentifikasi dari beberapa jenis tumbuhan serta hanya sedikit hormon yang mirip dengan Giberelin Acid (GA1) dan Giberelin Acid (GA4), kemudian diduga berfungsi sebagai hormon bioaktif.

            Penemuan gibberellin dialam.
       Di dalam alam telah ditemukan lebih dari sepuluh buah jenis gibberellin. Menurut Mac Millan dan Takashashi (1968), Kang (1970) dan Weaver (1972), gibberellin ada yang diketemukan dalam jamur Gibberella Fujikuroi, ada yang diketemukan pada tanaman tinggi dan ada juga yang diketemukan pada keduanya.
Jenis gibberellin yang diketemukan pada jamur yaitu ; GA1, GA2, GA3, GA4, GA7, GA9, s.d GA16, GA24, GA25, GA36. Sedangkan jenis gibberellin yang diketemukan pada tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA9, GA13, GA17, s.d GA23, GA26, s.d GA35. Dan yang terakhir yaitu gibberellin yang diketemukan pada jamur dan tanaman derajat tinggi yaitu ; GA1, s.d GA4, GA7, GA9, dan GA13.
Gibberellin ; GA1 s.d GA5, GA7 s.d GA9, GA19, GA20, GA26, GA27, dan GA29 diketemukan pada Pharbitis nil, GA1, GA5, GA8, GA9, GA13, diketemukan pada umbi tulip, kemudian GA3, GA4, GA7, diketemukan pada anggur, GA18, GA19, GA20, diketemukan pada pucuk bambu, GA3, GA4, GA7, dijumpai pada biji apel, selanjutnya GA21, dan GA22, dijumpai pada sword bean. Pada tanaman lain yaitu : Lipinus lutens (GA18, GA23, GA28), pada pucuk tanaman jeruk dan biji mentimun diketemukan GA1, tebu (GA5), pisang (GA7), kacang, jagung, barley wheat diketemukan GA1. Adapun pada tanaman Phaseolus coclirecus diketemukan ; GA1, GA3 s.d GA6, GA8, GA13, GA17, dan GA20. Kemudian pada Rudbeckia bicolor diketemukan ; GA1, GA4, GA7, s.d GA9. Dan yang terakhir yaitu pada Calonyction aculeatum diketemukan : GA30, GA31, GA33, dan GA34. Hasil penelitian Meizger dan Zeivaart (1980) menunjukan bahwa pada pucuk bayam (spinach) didapatkan gibberellin ; GA53, GA44, GA19, GA17, GA20, dan GA29,.

         Proses  Metabolisme Gibberelline;
     Gibberellin adalah zat kimia yang dikelompokan kedalam terpinoid. Semua kelompok terpinoid terbentuk dari unit isoprene yang terdiri dari 5 atom karbon.
C
C - C - C
C
Unit Isoprene (5-C)
Unit-unit isoprene ini dapat bergabung sehingga menghasilkan monoterpene (C-10), Sesqueterpene (C-15), diterpene (C-20) dan triterpene (C-30).
Biosintesis gibberelline yang terdapat dalam jamur Gibberella Fujikuroi berproses dari Mevalonic acid sampai menjadi gibberellin. Di dalam proses biosintesis telah diketemukan zat penghambat (growth retardant) di dalam aktivitas ini. Beberapa contoh growth retardant yang menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman antara lain Amo-1618 (2-isopropil-4-dimetil-kamine-5 metil phenil-4pipendine karboksilatmetil klorida) menghambat biosintesis gibberelline pada tanaman mentimun liar (Exhmocytis macrocarpa). Amo-1618 menghambat dalam proses perubahan dari Geranylgeranyl pyrophosphat ke Kaurene. Begitu pula growth retardant CCC (2-chloroethyl) trimethyl (-amonium chloride) memperlihatkan aktivitas yang sama dengan Amo-1618.

            Struktur molekul dan aktivitas gibberelline;
         Gibberelline merupakan suatu compound (senyawa) yang mengandung "gibban skeleton".
Menurut Weaver (1972), perbedaan utama pada gibberelline adalah:
a). beberapa gibberelline mempunyai 19 buah atom karbon dan yang lainnya mempunyai 20 buah atom karbon.
b). Grup hidroksil berada dalam posisi 3 dan 13 (ent gibberellene numbering system).
Semua gibberelline dengan 19 atom karbon adalah monocarboxylic acid yang mengandung COOH grup pada posisi 7 dan mempunyai sebuah lactonering.
Di dalam alam, dijumpai pula beberapa senyawa yang di ekstrak dari tanaman. Senyawa tersebut tidak mengandung gibberelline atau gibberellane structure tetapi termasuk ke dalam gibberelline. Dari hasil penelitian Tamura dkk, ia menemukan suatu substansi dalam jamur Helminthosporium sativum yang dinamakan "helminthosporol" yang aktif dalam perpanjangan daun pada kecambah padi dan barley. Senyawa lain yang ditemukan tanpa gibban skeleton yaitu "Steviol", namun aktivitasnya seperti gibberelline.

O H OH

CO CH2

HO H COOH H CH3 H
GA3 (gibberellic acid)

            Manfaat gibberellin bagi fisiologi tumbuhan;
        Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh pada sifat genetik (genetic dwarfism), pembuangan, penyinaran, partohenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan (germination) dan aspek fisiologi kainnya. Gibberelline mempunyai peranan dalam mendukung perpanjangan sel (cell elongation), aktivitas kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein.

a. Genetic dwarfism
Genetic dwarfism adalah suatu gejala kerdil yang disebabkan oleh adanya mutasi. Gejala ini terlihat dari memendeknya internode. Terhadap Genetic dwarfism ini, gibberelline mampu merubah tanaman yang kerdil menjadi tinggi. Hal ini telah dibuktikan oleh Brian dan Hemming (1955). Dalam eksperimennya mereka telah memberi perlakuan penyemprotan gibberellic acid pada berbagai varietas kacang. Hasil dari eksperimen ini menunjukan bahwa gibberellic acid berpengaruh terhadap tanaman kacang yang kerdil dan menjadi tinggi.
Mengenai hubungannya dengan cell elengation, dikemukakan bahwa gibbberelline mendukung pengembangan dinding sel.
Menurut van Oberbeek (1966) penggunaan gibberelline akan mendukung pembentukan enzym protolictic yang akan membebaskan tryptophan sebagai asal bentuk dari auxin. Hal ini berarti bahwa kehadiran gibberelline tersebut akan meningkatkan kandungan auxin.
Mekanisme lain menerangkan bahwa gibberelline akan menstimulasi cell elengation, karena adanya hidrolisa pati yang dihasilkan dari gibberelline, akan mendukung terbentuknya a amilase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat yang mengakibatkan tekanan osmotik di dalam sel menjadi nai, sehingga ada kecenderungan sel tersebut berkembang.

b. Pembungaan (flowering)
Gibbereline sebagai salah satu hormon tumbuh pada tanaman, mempunyai peranan dalam pembungaan. Penelitian yang dilakukan Henny (1981) pada bungan spothiphyllum Mauna loa. Dengan memberikan perlakuan GA3 dengan dosis: 250, 500 dan 1000 mg/l.

c. Parthenocarpy dan fruit set
Seperti auxin, gibberelline pun berpengaruh terhadap Parthenocarpy. Hasil penelitian menunjukan bahwa gibberellic acid (GA3) lebih efektif dalam terjadinya Parthenocarpy dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Hasil eksperimen lain menunjukan pula bahwa GA3 dapat meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.

d. Peranan Gibberellin dalam pematangan buah (fruit ripening)
Pematangan (ripening) adalah suatu proses fisiologis, yaitu terjadinya perubahan dari kondisi yang tidak menguntungkan ke suatu kondisi yang menguntungkan, ditandai dengan perubahan tekstur, warna, rasa dan aroma.
Dalam proses pematangan ini, gibberelline mempunyai peran penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (repening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah.
Dari hasil penelitian menunjukan aplikasi gibberelline pada buah tomat dapat memperlambat pematangan buah, sedangkan gibberellic acid yang diterapkan pada buah pisang matang, ternyata pemasakannya dapat ditunda.

e. Mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan (germination)
Biji cerealia terdiri dari embrio dan endosperm. Didalam endosperm terdapat masa pati (starch) yang dikelilingi oleh suatu lapisan "aleuron".. sedangkan embrio itu sendiri merupakan suatu bagian hidup yang suatu saat akan menjadi dewasa. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperm. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahanpati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa gibberelline berperan penting dalam proses aktivitas amilase. Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan GA yang mengakibatkan aktivitas amilase miningkat.
Aktivitas enzym a amilase dan protease di dalam endosperm juga didukung oleh GA melalui de novo synthesis. Hal ini ada hubungannya dengan terbentuknya DNA baru yang kemudian menghasilkan RNA.

f. Stimulasi aktivitas cambium dan perkembangan xylem.
Gibberelline mempunyai peranan dalam aktivitas kambium dan perkembangn xylem. Aplikasi GA3 dengan konsentrasi 100, 250, dan 500 ppm mendukung terjadinya diferensiasi xylem pada pucuk olive. Begitu pula dengan mengadakan aplikasi GA3 + IAA dengan konsentrasi masing-masing 250 dan 500 ppm, maka terjadi pengaruh sinergis pada xylem. Sedangkan aplikasi auxin saja tidak memberi pengaruh pada tanaman.

g. Dormansi
Dormansi adalah masa istirahat bagi suatu organ tanaman atau biji. Menurut Copeland (1976), dormansi adalah kemampuan biji untuk mengundurkan fase perkecambahannya hingga saat dan tempat itu menguntungkan untuk tumbuh.
Secara umum terjadinya dormansi adalah disebabkan oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah sbb:
1. tidak sempurnanya embrio (rudimentery embriyo)
2. embrio yang belum matang secara fisikologis (physiological immature embriyo)
3. kulit biji yang tebal (tahan terhadap gerakan mekanis)
4. kulit biji impermeable ( impermeable seed coat)
5. adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan (presence of germination inhibitors).
Fase yang terjadi dalam dorminasi biji, menurut Amen (1968) ada empat fase yang harus dilalui :
1. fase induksi, ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon (hormon level)
2. fase tertundanya metabolisme (a period of partial metabolic arrest)
3. fase bertahannya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak menguntungkan.
4. Perkecambahan (germination), ditandai dengan meningkatnya hormon dan aktivitas enzym.
Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami dorminasi telah dibahas oleh warner (1967) yang mengatakan bahwa GA3 dapat menstimulasi sintesis ribonukleas, amilase dan protoase di dalam endospem biji barley.

       Sejak hormon ini ditemukan dalam penelitian mengenai gangguan pada tanaman padi. Padi yang tidak kuat tidak dan menahan dirinya sendiri, karena ukuranya terlalu panjang, jika dibandingkan dengan batang padi normal. Penyabab utama kondisi ini adalah jamur  Gibberella fujikuroi
Gibberelin adalah senyawa aktif yang diambil dari jamur gibberella fujikuroi tersebut. Isolasi dari jamur tersebut jika di semprotkan ke tanaman lain akan membantu proses pertumbuhan. Pada saat ini telah diketahui Giberellin juga terdapat pada tanaman angiospermae, gymnospermae, paku-pakuan, lumut, serta beberapa jenis ganggang dan bakteri. berikut terdapat beberapa fungsi ulasan giberelin secara singkat.

1. Membuat Buah Tanpa Biji (Seedless)
Pemberian giberelin bermanfaat dalam proses parhenocarpy dan fruit set. Parthenocsrpy adalah proses tidak terbentuknya biji dalam buah. Karena itu pemberian giberelin bermanfaat dalam proses rekayasa untuk menghasilkan buah yang tak berbiji. Pemberian giberelin juga bermanfaat dalam meningkatkan jumlah tandan buah (fruit set) dan meningkatkan hasil buah. Pemberian giberelin juga dapat menyebabkan buah yang telah di panen tidak cepat busuk, sehingga lebih tahan lama.

2. Mengatasi Kekerdilan Akibat Mutasi (Gnetic Dwafism)
Giberelin merupakan hormon  yang mampu merangsang pertumbuhan secara sinergi, baik bagian batang, akar, maupun daun. Di dunia pertanian, manfaat giberelin yang terpenting adalah mengatasi masalah genetic dwafism atau kekerdilan pada tanaman. Genetic dwafism adalah suatu gejala yang di sebabkan oleh adanya mutasi. Dengan pemberian giberelin, tanaman yang tadinya tumbuh kerdil dapat kembali tumbuh normal. Hasil penelitian menunjukan pemberian giberelic acid pada tanaman kacang menyebabkan tanaman yang kerdil menjadi tinggi.

3. Mempercepat Proses Pembungaan
Giberelin berfungsi untuk mempercepat proses pembungaan. Giberelin dapat memenuhi kebutuhan bunga beberapa jenis tanaman pada musim dingin ketika potosintesis kurang dan memacu taanaman agar berbunga lebih awal.

4. Mempercepat Proses Pertumbuhan
Pemberian giberelin pada fase perkecambahan (Germination) sangat menguntungkan . Giberelin membantu proses anzimatik untuk mengubah pati menjadi gula yang selanjutnya di translokasi ke embrio. Gula akan di gunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan, sehingga pertumbuhan embrio berlangsung cepat.
Pemberian GA3 dapat meningkatkan aktivitas kambium dan perkembangan xilem sehingga aktivitas pertumbuhan berjalan lancar dan cepat. Pemberian Giberelin pada tanaman kacang-kacangan akan memacu pertumbuhan dan mempercepat perambatan. Begitu juga pada tanaman semangka, mentimun air, dan mentimun yang di semprot giberelin mengalami perpanjangan batang yang sangat cepat.

5. Meningkatkan Produktivitas
Di Amerika serikat, Perkebunan anggur telah menggunakan giberelin untuk meningkatkan kerenyahan dan ukuran anggur. Di Hawai, giberelin digunakan untuk meningkatkan produksi tebu. Selain itu giberelin yang disemprotkan ke tanaman seledri dapat menyebabkan tanaman bertambah panjang, bertambah renyah, produksi meningkat.
Penggunaan giberelin pada tanaman anggur tahan terhadap infeksi cendawan. Penyemprotan giberelin dilakukan sejak tanaman berbunga dan pada fase pembentukan rangkaian buah. Penyemprotan giberelin pada buah dan daun jeruk nevel bisa mencegah timbulnya gangguan pada kulit buah dan menjaga agar kulit tetap kencang selama penyimpanan.

      Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan hasil produksi pada rimpang jahe, salah satunya adalah dengan menggunakan ZPT.
Dari beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari hormon yang sesuai untuk meningkatkan produksititas rimpang. Hormon tanaman yang sudah terbukti bisa meningkatkan produksi rimpang jahe adalah hormone giberelin yang disemprotkan dengan konsentrasi sangat tinggi (150 ppm).
Hasil penelitian Sengupta et al. (2008) aplikasi giberelin bisa meningkatkan produksi rimpang jahe hingga 50% dari ukuran dan jumlah rimpang jahe yang tidak diberi hormon giberelin.
Dalam literaturnya Sengupta et al (2008) menyebutkan bahwa peningkatan produksi rimpang jahe dapat mencapai 69,86 ton/ha, sedangkan produksi yang tidak diberi hormon tersebut hanya mencapai 45,60 ton/ha.
Namun pemberian hormon giberelin harus diimbangi dengan ketersediaan hara/pupuk pada media tanam jahe. Produksi rimpang yang tinggi membutuhkan ketersediaan hara yang tinggi juga, salah satunya dengan aplikasi pupuk organik cair (POC Jahe).

Cara aplikasi praktek dan rujukan.
   bahan-bahan;
• Hormon Giberelin (GA3) serbuk.

Cara membuat;
Masukkan 1 gr serbuk hormon giberelin ke dalam gelas kaca atau jika ada gelas beker atau erlenmeyer 1000ml.
Tambahkan 10 ml ethanol absolut (>95%) dan diaduk hingga larutan hormon larut.
Jika hormon belum larut, maka tambahkan sedikit demi sedikit etanol hingga semua hormon hingga larut sempurna.
Kemudian tambahkan air hingga volumenya mencapai 1000 ml atau 1 L. Aduk hingga semua hormon tercampur merata.
Untuk pembuatan larutan yang lebih banyak, volume etanol dan air yang digunakan dikalikan dengan berat (gr) hormon yang akan dilarutkan.
Masukkan larutan hormon ke dalam botol. Larutan hormon siap diaplikasikan ke tanaman jahe. Botol harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung.

      Pengenceran untuk penyemprotan ke tanaman:
Ambil 150ml larutan hormon giberelin yang sudah dibuat sebelumnya.
Tambahkan dengan air bersih sebanyak 850ml hingga volumenya 1 liter.
Larutan diaduk hingga tercampur merata.
Larutan hormon giberelin siap disemprotkan ke tanaman.
Untuk volume yang lebih banyak, kalikan volume di atas dengan volume yang diinginkan. Misal, untuk satu tanki semprot 14L, volume larutan stok hormon yang diperlukan adalah 150ml x 14 = 2,1 L.
Satu rumpun jahe memerlukan kurang lebih 15-20 ml larutan hormon. Satu tangki 14L cukup untuk menyemprot 700 rumpun jahe.

Masa Penyemprotan:
Aplikasi hormon giberelin diberikan dua kali saja, yaitu pada tanaman jahe usia 90 hst dan 120 hst atau pada awal fase percabangan tiga dan fase pembesaran rimpang.

Catatan;
Aplikasi hormon giberelin tidak menjadi jaminan untuk meningkatkan hasil panen meningkat pesat. Hormon giberelin bukanlah nutrisi tanaman.
Jika pada media tanam tidak diimbangi dengan pemberian pupuk. Maka hasilnya kurang memuaskan dan optimal.
Hasil panen di atas adalah hasil penelitian. Namun pada kenyataannya hasil di lapangan bisa bervariasi, tergantung pada varietas jahe, kesuburan media, pupuk yang digunakan, teknik budidaya, iklim, hama, penyakit dll.

      Semoga bermanfaat dan sukses.

11 December, 2016

Cara membuat pupuk padat bokasi

        Bokashi adalah metode pengomposan dengan menggunakan cara starter aerobik atau anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik.
Bahan campuran utamanya adalah molasses (tetes tebu), sekam padi dan starter mikro organisme (bakteri nitrifikasi).
Jepang adalah negara yang pertama kali mempopulerkan pupuk bokhasi dan sekarang banyak diterapkan di negara-negara diluar Jepang termasuk negara Indonesia.

      Pupuk bokashi sering diterapkan, karena memiliki tingkat kematangan fermentasi yang sangat cepat. Bahan dasar pembuatan pupuk padat bokhasi paling sering menggunakan kotoran ternak, jerami dan sampah-sampah organik.
Metode bokhasi selain diaplikasikan untuk tanaman, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Penerapan bokashi sangat cocok untuk dikembangkan oleh petani, karena bokashi adalah teknologi yang tepat guna, berbiaya murah dan sangat terjangkau, kandungan unsur haranya lebih unggul dibandingkan dengan pupuk kimia dan pupuk kompos biasa, selain itu penerapannya sangat berdampak besar untuk menjaga lingkungan dari pencemaran dan akan memperbaiki unsur-unsur hara pada tanah.

      Pembuatan Bokashi mengandalkan  Effectif Microorganism-4 (EM-4) yang merupakan salah satu aktivator percepatan proses pengomposan. Karena EM-4 mengandung  bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus, Jamur permentasi Actinomycetes, Bakteri fotosintetik, Bakteri pelarut fosfat dan ragi. Selain itu pupuk bokashi dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi.
Memfermentasi dan mendekomposisi bahan organik tanah dengan cepat (bokasi).
Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan menyehatkan tanaman.
Berikut adalah cara sederhana untuk membuat pupuk padat bokashi untuk ukuran 1 ton.

   Alat- alat;
1.      Pisau
2.      Timbangan
3.      Gelas ukur
4.      Timba
5.      Terpal
6.      Talenan
7.      Kantong plastic (Kresek)
8.      Karung
9.      Tali
10.  Gelas aqua

Bahan-bahan;
• Kotoran sapi / kambing / kelinci : 600 Kg.
• Cincangan Sampah organik 200 kg
• Abu Sekam padi / jerami  : 200 kg.
• Abu dapur : 100 kg.
• Molase / gula merah : 1 kg.
• Larutan EM-4 : 1 liter.
• Air 10 liter.

Cara membuat;
Campur semua bahan-bahan organik hingga merata.
Kemudian siramkan perlahan larutan EM-4 yang telah dicampur dengan gula/molase dan air, sambil diaduk-aduk hingga homogen.
Selanjutnya difermentasi selama 1 minggu dalam keadaan tertutup. Pupuk siap digunakan setelah diangin-anginkan.

Aplikasi ;
Tanaman sayur-mayur.
• Selada   -  Wortel.
• Kubis     -  Bawang-bawangan.
• Cabe -  Tomat.
Dosis
Bokashi padat/ pupuk dasar 3-5 ton/ha untuk jangka waktu 1 kali sebagai pupuk dasar.

Tanaman pangan ;
• Padi - Kentang.
• Jagung - Kedelai.
• Singkong.
Dosis pemakaian;
Bokashi padat/ pupuk dasar 5-10 ton/ha untuk jangka waktu 1 kali sebagai pupuk dasar.

Tanaman perkebunan ;
• Lada - Coklat.
• Karet - Tebu.
• Kopi - Cengkeh.
• Teh - Kelapa sawit.
Dosis pemakaian;
Bokashi padat/ pupuk dasar 5-10/ha untuk jangka waktu 3-4 bulan sekali.

Tanaman buah-buahan.
- Mangga - Jambu.
- Jeruk.
Dosis pemakaian;
Bokashi padat 3-5 ton/ha untuk jangka waktu 3-4 bulan sekali.

   Demikianlah sedikit informasi cara membuat pupuk padat bokashi dan ada baiknya, jika penerapannya diimbangi dengan pupuk bokashi cair, untuk mendukung tingkat kesuburan ditanah dilahan yang tandus.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terimakasih.

08 December, 2016

Cara cepat melarutkan sp36

       Pupuk SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan apatit (fosfat) yang ditambang.
Apatit adalah kelompok mineral fosfat biasanya merujuk pada hidroksilapatit, fluorapatit dan klorapatit, dengan konsentrasi tinggi ionOH−, F− dan Cl−, secara berurutan, dalam kristal. Rumus dari campuran dari empat endmembers paling umum ditulis sebagai Ca10(PO4)6(OH,F,Cl)2, dan rumus satuan kristal sel mineral individu ditulis sebagai Ca10(PO4)6(OH)2, Ca10(PO4)6(F)2 and Ca10(PO4)6(Cl)2.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, namun dapat diolah untuk memperoleh produk fosfat dengan cara menambahkan asam.

       Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P₂O₅ antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P²O₅), dan K (potas cair atau K₂O). Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak dapat larut dalam air sehingga sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi pupuk buatan yaitu pupuk Sp-36, TSP dan sebagainya.
Kandungan unsur haranya dalam bentuk P₂O₅( phospat) adalah 36 %. Artinya setiap 100 kg SP36 terdapat 36 kg unsur hara P dalam bentuk P₂O₅(Phospat).
Total kadar P₂O₅ minimal 36%, larut pada Asam Sitrat minimal 34%, larut dalam air 30% dan kadar Asam Bebas sebagai H₃PO₄ maksimal 6%.
Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu.

      Menurut uraian diatas dituliskan  bahwasanya hanya dapat larut dalam air 30%, artinya setiap 100 kg hanya dapat larut 30 kg saja.
Berikut adalah cara sederhana untuk melarutkan pupuk phosfat;

     Bahan-bahan;
EM-4 pertanian 100 ml.
Pupuk phosfat 50 kg.
Air bersih 5 l.

Cara membuat;
Masukan 100 ml EM-4 kedalam ember berisi air 5 liter. Kemudian aduk sampai merata. Lalu percikan ke pupuk phosfat dan sambil diaduk sampai merata,
(Usahakan saat pencampurannya jangan terlalu terburu-buru nanti hasilnya menjadi menggumpal dan lembek). Diamkan selama kurang lebih 2 - 4 menit sebelum ditabur.
Setelah itu pupuk sudah dapat digunakan.

     Demikian sedikit informasi mengenai cara mempercepat penyerapan phosfat pada tanaman.
Semoga bermanfaat dan sukses.