14 April, 2016

Cara meningkatkan kekebalan tubuh pada ikan

     Sistem kekebalan tubuh pada ikan atau disebut dengan istilah Immunodulator terbagi atas sistem pertahanan non spesifik dan spesifik.
Proses pertahanan tubuh yang sederhana ditampilkan oleh organisme sebagai bentuk pertahanan dengan mengandalkan struktur fisik, kerja mekanik alat pertahanan dan pengeluaran substansi kimiawi yang sangat sederhana pada ikan.
fagositosis adalah bentuk respon pertahan tubuh yang paling sederhana, namun keberadaannya sangat penting, sebagai wujud sistem petahanan non spesifik.
Ketika ikan terinfeksi mikroba/patogen, maka mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan proses infeksi tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif, maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis infeksi. Pada saat itu respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi dan bila ikan mampu bertahan hidup, maka akan terbentuk antibodi spesifik terhadap agen infeksi pada level titer protektif dan terbentuk pula sel-sel memori. Jika terjadi reinfeksi oleh agen penyakit sejenis, maka ikan tersebut akan kebal dan mampu menahan infeksi karena respon kekebalan sekunder akan terjadi sebagai efek booster.
Innate immunity (kekebalan alamiah) dikenal sebagai mekanisme kekebalan non-spesifik, maksud dari mekanisme Innate immunity adalah mekanisme inang yang responnya tidak bergantung pada frekuensi kontak terhadap antigen tertentu. Berbeda dengan respon kekebalan spesifik (humoral mediated immunity maupun cellular mediated immunity) yang responnya sangat tergantung pada frekuensi kontak induk semang dengan antigen tertentu sebelumnya atau sering pula disebut dengan adaptive immunity.
Adapun beberapa fungsi dari sistem kekebalan non-spesifik juga terlibat dalam sistem kekebalan spesifik. Sistem pertahanan pada ikan akan terbentuk sempurna saat ikan telah menjadi dewasa. Pada dasarnya dalam benih ikan sistem kekebalan tubuh sudah terbentuk, namun belum berfungsi secara optimal sehingga kurang efisien dalam menahan infeksi patogen. Pada tahap ini, daya tahan ikan sangat rentan terhadap penyakit. Sistem pertahanan non spesifik merupakan pertahanan tubuh yang terdepan ketika menghadapi paparan patogen karena memberikan respon langsung terhadap antigen. Sistem pertahanan tubuh non spesifik terdiri dari kulit dan selaput mukosa. Sistem pertahanan tubuh spesifik adalah sistem kekebalan tubuh khusus yang membuat limfosit peka untuk segera menyerang patogen tertentu.
Pada ikan bertulang belakang secara umum memiliki sistem pertahanan berupa sel-T, sel-B dan immunoglobulin-like. Sedangkan ikan bertulang rawan mempunyai imunoglobulin, sel-T, sel plasma dan IgM. Amphibia memiliki sel-T, IgG, IgM dan nodulus limfatikus, sedangkan reptilia memiliki sel-T, IgG, dan IgM. 

     Kekebalan non-spesifik adalah suatu sistem pertahanan tubuh yang berfungsi untuk melawan segala jenis patogen yang menyerang dan bersifat alami. Kekebalan non-spesifik merupakan imunitas bawaan sejak lahir (innate immunity) yaitu sebuah respon perlawanan terhadap zat asing yang dapat terjadi, walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut.
Sistem kekebalan non-spesifik mencakup pertahanan fisik yaitu meliputi, sisik, kulit, dan mukus. Mukus memiliki kemampuan menghambat kolonisasi mikroorganisme pada kulit, insang dan mukosa. Mukus ikan mengandung imunoglobulin (IgM) alami dan bukan sebagai respon dari pemaparan antigen. Imunoglobulin merupakan antibodi yang dapat menghancurkan patogen yang menyerang tubuh. Adapun sisik dan kulit berperan dalam melindungi ikan dari kemungkinan luka dan sangat penting peranannya dalam mengendalikan osmolaritas tubuh. Kerusakan pada sisik atau kulit dapat mempermudah patogen menginfeksi inang.
Sel-sel fagosit menghancurkan antigen melalui tiga tahap yaitu pelekatan, fagosit dan pencernaan. Proses fagosit sendiri dapat terjadi apabila sel-sel fagosit berada dalam jarak dekat dengan antigen, atau antigen tersebut harus melekat pada permukaan sel fagosit. Sel makrofag dan netrofil juga masih memiliki kemampuan untuk melakukan mekanisme pertahanan non-spesifik melalui proses chemotaksis dan pinocytosis. Chemotaksis adalah sebuah proses dimana sel fagosit dipancing oleh berbagai jenis molekul untuk melakukan migrasi ke lokasi terjadinya inflamasi, kerusakan jaringan atau reaksi antigen-antibodi (immune reactions). Fenomena ini ditandai oleh proses pembukaan membran sel membentuk lubang (vakuola) kecil melalui proses endocytosis.
Sistem kekebalan spesifik pada ikan terdapat beberapa substansi sel dan organ yang dapat berperan dalam sistem pertahanan tubuh suatu organisme.
Elemen-elemen tersebut sering disebut dengan sistem kekebalan (immune system). Organ yang termasuk dalam sistem kekebalan adalah sistem “Reticulo Endothelial”, limfosit, plasmosit, dan fraksi serum protein tertentu.
Sel yang berperan dalam sistem tanggap kebal terdiri dari dua jenis sel limfosit diantaranya adalah limfosit-B dan limfosit-T. Aktivitas yang pasti dari sel-T pada ikan belum banyak diketahui tapi yang jelas peran utamanya adalah dalam sitem kekebalan seluler dan biasanya disebut dengan imun perantara sel (cell mediated immunity). Sel-B berperan dalam produksi imunoglobulin melalui rangsangan antigen tertentu dan imunoglobulin yang diproduksi oleh sel tertentu pada limpa serta diduga diproduksi dari dalam organ hati.

    Sistem kekebalan dipengaruhi dari adanya respon kekebalan tubuh pada ikan diantaranya adalah: suhu, kondisi stress, keseimbangan nutrisi, pollutan, mikro-nutrien, dan unsur-unsur immunomodulator.
Dari pemaparan diatas indikasinya adalah sistem kekebalan tubuh sangat beragam, dan beberapa diantaranya bersifat alamiah sehingga relatif sulit untuk dikendalikan.
Berikut adalah faktor-faktor yang berperan pada sistem kekebalan tubuh pada ikan.

1. Suhu
     Ikan merupakan hewan poikilotermik. Proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Sebagian besar mekanisme pertahanan tubuh adalah sangat bergantung pada suhu (temperature-dependent), dan berkembang lebih cepat pada suhu lingkungan yang optimal untuk organsime bersangkutan. Suhu rendah diketahui sebagai faktor pembatas dalam proses metabolisme organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh. Proses reaksi antigen-antibodi yang dimulai dengan cellular co-operation antara sel makrofag dengan sel limfosit adalah sangat dipengaruhi oleh suhu (temperature-sensitive). Fungsi normal sel limfosit ikan sangat tergantung pada adaptasi homoviscous dari kondisi lipid membrane sel. Komposisi asam lemak dan suhu lingkungan merupakan faktor yang akan sangat berpengaruh terhadap “fluidity” dan permeabilitas membrane sel, dan juga terhadap aktivitas antara membrane-associated receptors dengan enzyme. Beberapa hasil kajian juga telah membuktikan bahwa respon kekebalan tubuh (CMI dan humoral) ikan berlangsung relative lambat pada suhu rendah.

2. Kondisi stress
     Stress sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ikan. Stress dapat disebabkan oleh faktor biologis, kimiawi maupun fisik. Respon stress akan diikuti dengan penurunan kadar limfosit dalam darah, dan juga di dalam organ-organ limfoid.
Beberapa respon (stress alarms) yang terjadi apabila ikan mengalami tekanan: (A). Peningkatan gula darah akibat sekresi hormon dari kelenjar adrenalin. Persediaan gula, seperti glycogen dalam hati dimetabolisme sebagai persediaan energi untuk emergensi.
(B).Osmoregulasi kacau akibat perubahan metabolisme mineral. Pada kondisi tersebut, ikan air tawar cenderung mengabsorbsi air dari lingkungan (over-hydrate). Ikan air laut cenderung kehilangan air dari dalam tubuh (dehydrate). Kondisi ini perlu energi ekstra untuk memelihara keseimbangan osmoregulasi.
(C). Pernafasan meningkat, tensi darah meningkat, dan persediaan sel darah merah direlease ke sistem resirkulasi,
(D). Respon inflamasi ditekan oleh hormon yang dikeluarkan dari kelenjar adrenalin.

3. Polutan dan logam berat
     Unsur-unsur polutan dan logam berat diketahui memiliki potensi yang besar terhadap sistem kekebalan tubuh, dengan akibat yang sangat variatif tergantung pada jenis (kualitas) dan kuantitas dari polutan atau logam berat tersebut. Obat-obatan atau bahan kimia/antibiotik juga dapat berperan sebagai unsur immunosupressive.
Jenis bahan kimia tertentu (pestisida, insektisida, pollutan limbah industri, limbah rumah tangga, dll.) dapat menyebabkan ikan sakit dengan berbagai kondisi. Kolam-kolam ikan di daerah dataran rendah, umumnya memperoleh sumber air dari aliran sungai yang melewati daerah pemukiman, daerah industri atau pertanian. Sebelum masuk ke kolam budidaya, air tersebut membawa segala limbah eksternal yang terkandung di dalamnya. Limbah tersebut dapat berupa padatan terlarut hasil pengikisan/erosi tanah permukaan akibat pengelolaan lahan yang kurang baik atau unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi kehidupan ikan, terutama logam berat.
Logam berat yang cukup berbahaya bagi kehidupan ikan karena sifat toksisitasnya, berturut-turut antara lain meliputi: Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co. Sifat racun dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergetik, dan sebaliknya melemah apabila kandungan ion-ion tersebut bersifat antagonistik. Nilai pH air juga berpengaruh pada tingkat kelarutan ion-ion logam, umumnya tingkat kelarutan dan aktivitas ion logam akan meningkat pada pH air yang rendah. Sebagai gambaran, pengaruh unsur Hg terhadap ikan dapat meracuni sistem syaraf ikan; dan unsur Cd bersifat cyto-toksikan terhadap jaringan insang ikan.
Kontaminasi ringan unsur logam berat di lingkungan perairan akan dideposit oleh ikan-ikan induk kemudian dikonsentrasikan dalam minyak yang tersimpan dalam telur-telur mereka. Kontaminasi demikian pada akhirnya akan mematikan telur-telur tersebut pada saat berkembang sebelum menjadi larva, dan lain-lain.

4. Keseimbangan nutrisi
     Kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan optimal ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan. Kondisi ini juga sangat nyata terhadap optimalisasi pertumbuhan serta menjamin kualitas pangan asal ikan bagi kebutuhan konsumsi manusia.

5. Mikro nutrien
     Anti oksidan seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan unsur imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, dll.; dimana materi biologis tersebut telah terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan terutama sistem pertahanan non-spesifik(cellular immunity).Unsur-unsur imunostimulan tersebut telah terbukti sangat potensial sebagai unsur yang memiliki pengaruh sangat baik (immunomodulatory) terhadap sistem kekebalan tubuh ikan apabila diberikan pada dosis yang tepat dan berkelanjutan. Kandungan unsur karotin dalam diet pakan ikan juga menunjukkan pengaruh yang baik terhadap status kesehatan ikan, terutama ikan-ikan berpigmen.

6. Immunomodulators
     Adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk keperluan vaksinasi akan meningkatkan efektivitas vaksin (meningkatkan level respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipatgandakan produksi sel-sel fungsional yang berperan dalam sistem kekebalan non-spesifik. Umumnya unsur adjuvant berperan sebagai materi yang dapat memperlambat proses pelepasan antigen, sehingga antigen akan kontak lebih lama dengan sel makrofag dan limfosit; sehingga akan meningkatkan kualitas respon kekebalan spesifik (antibodi) yang dihasilkannya. Prinsip pemberian unsur adjuvan ke dalam vaksin adalah untuk tujuan tersebut.
Seperti halnya mikro-nutrient, beberapa unsur yang bersifat immunostimulator seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan unsur imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, muramil peptida, lipopolisakarida, dll. juga telah terbukti sangat bermanfaat sebagai unsur imunomodulator; terutama sistem pertahanan non-spesifik.

       Tumbuhan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekebalan ikan dapat dijadikan alternatif alami yang tersedia di alam.
Karena jika ikan yang sehat mempunyai kemampuan untuk menangkal penyakit.
Sistem kekebalan tubuh ikan tergantung dari jumlah sel darah putih untuk membunuh bakteri. Peternak tidak perlu bingung karena tanaman dapat meningkatkan kekebalan sistem imun ikan. Tanaman yang dimakan secara alami akan membentuk sistem kekebala dan tanaman yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan adalah sebagai berikut;

1. Ubi Jalar (Ipomoea batatas Poir)
a. Kandungan Kimia : daun dan akar mengandung saponin, flavonoid dan polifenol.
b. Bagian yang digunakan : daun
c. Aplikasi
Tanaman ini ternyata sangat bagus untuk pakan ikan karena menambah nafsu makan dan kekebalan terhadap penyakit. Cara pemberian berdasarkan bobot ikan total. Setiap 100 kg bobot ikan diberi 30 kg daun ubi jalar.
Daun ubi jalar juga dapat digunakan untuk pencegah stres ikan saat pengangkutan keluar kota. Caranya, benih ikan seukuran daun kelor sebanyak 300 ekor dimasukan ke jeriken. Kemudian, kedalam jeriken dimasukan daun ubi jalar kira-kira 20 lembar sesudah diremas-remas hingga keluar cairan berwarna hijau dan berlendir. Ampas tidak perlu diangkat.

2. Pepaya (Carica papaya L.)
a. Kandungan Kimia : daun, akar, dan kulit batang mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Daun dan akar juga mengasndung polifenol, sedangkan biji mengandung saponin.
b. Bagian yang digunakan : daun dan batang
c. Aplikasi
Daun dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan dengan dosis 15 kg per 100 kg bobot ikan. Batang juga bisa dijadikan sebagai pakan. Caranya, ambil batang, lalu dipotong panjang 30 cm batang itu dimasukan kekolam. Dengan pemberian secara teratur, gonad cepat masak jumlah telurpun meningkat hingga 10%.
Daun juga bisa dipakai sebagai obat stres selama transportasi. Caranya, ambil 2 lembar daun berdiamter 30 cm, lalu diremas-remas dijerigen yang sudah diisi air. Ampas sebaiknya dimasukan ke jerigen, kemudian masukkan benih. Densitas ikan juga diatur jangan terlalu padat. Bila memakai kantung palstik, ampasnya dibuang.

3. Bandotan (Ageratum conyzodies L)
a. Kandungan Kimia : daun dan bunga mengandung saponin, flapvonoid, dan polifenol. Daunnya mengandung minyak asiri.
b. Bagian yang digunakan : daun dan batang
c. Aplikasi
Daunnya berkhasiat sebagai pakan ikan terutama ikan tawes dan gurami. Cara pemberian berdasarkan bobot ikan total. Setiap 100 kg bobot ikan diberi 30 kg daun bandotan. Caranya tanaman ditebarkan keseluruh kolam secara merata.
Daun bandotan juga bisa dipakai sebagai obata stres selama transportasi. Caranya, ambil 20 lembar daun, lalu remas-remas dijeriken yang sudah diisi air. Ampas sebaiknya dimasukkan kejeriken.
Namun, bila memakai kantung plastik sebaiknya ampas dibuang. Setelah itu, bibit ikan dimasukkan dengan pengaturan densitas agar tidak terlalu padat. Setiap kantung berkapasitas 50 liter air dapat diisi 200 bibit ukuran 1 inchi.

4. Sente (Alocasia macrorriza Scott)
a. Kandungan Kimia : batang dan tangkai daun mengandung saponin, flavonoid, dan polifenmol. Rimpangnya mengandung saponin.
b. Bagian yang digunakan : daun dan bonggol
c. Aplikasi
Bonggol sente merupakan sumber yang baik untuk ikan, terutama gurami. Bonggol yang sudah busuk disukai ikan nila.
Cara lain bonggol dicacah-cacah lalu diberi EM-4 atau tempe ragi selama tiga hari, setelah mengalami fermentasi diberikan ke ikan, dengan secara teratur akan meningkatkan nafsu makan ikan.
Daun sente sangat baik sebagai pakan, terbukti dapat meningkatkan daya tahan ikan, untuk pertumbuhan ikan daun diberikan sebanyak 30% dari bobot badan ikan dengan frekuensi tiga kali sehari.

5. Mengkudu (Orinda citrifolia L)
a. Kandungan Kimia: daun dan buah mengandung alkaloid, saponin, plavonoid dan antrakinon. Daun juga mengandung polifenol.
b. Bagian yang digunakan: daun dan buah
c. Aplikasi
Daunnya merupakan pakan harian yang baik untuk ikan nila da tawes. Pemberian secara berkala dapat meningkatkan kekebalan ikan dan juga dapat mengobati penyakit Herpes. Caranya, ambil 10 lembar daun mengkudu lalu remas di air sebanyak 5 liter. Untuk dosis tersebut hanya untuk seekor ikan dengan ukuran 10 cm atau dua ekor untuk ikan berukuran 3-4 cm.

     Demikian sedikit informasi tentang cara meningkatkan sistem imun ikan.
Semoga bermanfaat dan sukses.

No comments: