Pestisida atau lebih dikenal dengan sebutan racun pembasmi hama dan pada umumnya memiliki nilai ekonomis terutama bagi para petani.
Pestisida mempunyai kemampuan membasmi organisme selektif atau target organisme, namun dari beberapa prakteknya penggunaan pestisida dapat menimbulkan bahaya pada organisme non target.
Selain dampak negatif terhadap organisme non target, dampak utamanya meliputi sebuah pencemaran lingkungan dan menimbulkan keracunan, bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia itu sendiri.
Latar belakang dari pestisida berasal dari kata pest ("hama") dan diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya beraneka ragam seperti serangga, tikus, keong, burung, mamalia, ikan, mikroba, bakteria, pungi, virus dan plantae yang dianggap mengganggu.
Penggunaan pestisida didalam dunia pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki kwalitas hasil panen dan meningkatkan produksi pangan.
Meningkatnya frekuensi serta intensitas hama penyakit, banyak mendorong petani tidak dapat menghindari pestisida.
Penggunaan pestisida didalam dunia kesehatan merupakan salah satu cara dalam pengendalian vektor penyakit.
Pengendalian vektor penyakit sangat efektif untuk diterapkan, jika intensitas populasi vektor penyakit melonjak tinggi, maka gunanya untuk menanggulangi beberapa kasus penyakit menular yang telah diambang menghawatirkan dalam penyebarannya.
Pestisida diketahui telah digunakan manusia pada tahun 2000 SM untuk melindungi tanaman pertanian dari hama dan penyakit.
Sekitar 4500 tahun yang lampau pestisida pertama berupa sulfur dalam aplikasinya ditebarkan diatas lahan pertanian di Sumeria.
Senyawa seperti arsenik, raksa dan timbal sejak abad ke 15 telah diterapkan di lahan pertanian untuk membunuh hama.
Hal ini berlanjut pada abad ke 17 yaitu penggunaan nikotin sulfat diekstraksi dari daun tembakau untuk dijadikan insektisida.
Abad ke 19, piretrum dari bunga krisan dan rotenon dari akar sayuran mulai dikembangkan dan hingga tahun 1950an, pestisida berbahan dasar arsenik masih dominan.
Paul Herman Müller menemukan DDT yang sangat efektif digunakan sebagai insektisida, Organoklorin menjadi dominan. Pada tahun 1960an bahwa DDT menjadi penyebab berbagai macam jenis burung pemakan ikan tidak bereproduksi dan menjadi masalah serius bagi keanekaragaman hayati.
Penggunaan DDT dalam pertanian kini dilarang dalam Konvensi Stockholm, namun masih digunakan di beberapa negara berkembang untuk mencegah malaria dan penyakit tropis lainnya dengan menyemportkannya ke dinding untuk mencegah kehadiran nyamuk.
Padahal sejak tahun 1975 di negara maju segera digantikan oleh organofosfat dan karbamat.
Herbisida berkembang dan mulai digunakan secara luas pada tahun 1960an dengan triazin dan senyawa berbasis nitrogen lainnya, asam karboksilat dan glifosat.
Petani adalah kelompok pekerja terbesar di Indonesia, Namun akhir-akhir ini keberadaannya cenderung menurun.
Jumlah petani di Indonesia diperkirakan hanya berjumlah 40% serta penyebarannya terbagi di dua sektor pertanian dan perkebunan.
Adapun untuk meningkatkan hasil pertanian secara optimal didalam paket intensifikasi pertanian telah diterapkan berbagai teknologi yaitu adanya penggunan agrokimia (bahan kimia sintetik).
Penggunaannya telah diperkenalkan secara besar-besaran (massive) untuk menggantikan kebiasan atau teknologi lama yaitu baik dalam hal pengendalian hama maupun dalam hal pemupukan tanaman.
Pestisida holtikultura cederung memakai pestisida bukan atas dasar indikasi, melainkan menjalankan cara cover blanket system yaitu tidak adanya hama pada tanaman akan tetap disemprot menggunakan pestisida.
Akibat penggunaan pestisida tidak terkendali, pada umumnya akan berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri.
Beberapa faktor resiko keracunan pestisida organofosfat disebabkan oleh usia, jenis kelamin, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, pendidikan, pemakaian Alat Pelindung Diri, status gizi dan praktek penanganan pestisida.
Namun fase kritis yang harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida, pencampuran pestisida, penggunaan pestisida dan pasca penggunaan pestisida.
Pestisida organofosfat adalah salah satu jenis pestisida yang banyak digunakan dan dampak negatifnya menimbulkan berat badan menurun, anorexia, anemia, tremor, sakit kepala, pusing, gelisah, gangguan psikologis, sakit dada dan lekas marah.
Selain itu keluhan yang sering ditemukan adalah muntah-muntah, ludah terasa lebih banyak, mencret, namun gejala-gejala ini dianggap oleh petani sebagai sakit biasa.
Pestisida dikenalkan kepada petani bermacam-macam jenisnya, karena mempunyai sifat fisik dan kimia berbeda.
Pestisida di golongkan tergantung pada sasaran kepentingannya yaitu berdasarkan struktur kimianya, asal dan sifat kimia, berdasarkan bentuk dan pengaruh fisiologisnya.
Jenis Pestisida Menurut Sasaran Dan Pengaruh fisiologisnya adalah sebagai berikut.
Akarisida;
Akarisida berasal dari kata akari atau bahasa latinnya berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
Algasida;
Algasida berasal dari kata alga atau bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk membunuh algae.
Contohnya Dimanin.
Alvisida;
Alvisida berasal dari kata avis bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakak tua.
Bakterisida;
Bakterisida berasal dari kata bacterium atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin.
Fungsida;
Fungsida, berasal dari kata fungus atau bahasa yunaninya spongos yang berarti jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan).
Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.
Herbisida;
Herbisida berasal dari bahasa latin herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk membunuh gulma.
Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P
Insektisida;
Insektisida berasal dari bahasa latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron.
Molluskisida;
Molluskisida berasal dari bahasa Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.
Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.
Nematisida;
Nematisida berasal dari bahasa latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.
Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate.
Ovisida;
Ovisida berasal dari bahasa latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur.
Pedukulisida;
Pedukulisida berasal dari bahasa latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
Piscisida;
Piscisida berasal dari bahasa Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan.
Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC.
Predisida;
Predisida berasal dari bahasa Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai pembunuh predator.
Rodentisida;
Rodentisida berasal dari bahasa Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin.
Termisida;
Termisida berasal dari bahasa Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB.
Silvisida;
Silvisida berasal dari bahasa latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon atau pembersih pohon.
Larvasida;
Larvasida berasal dari bahasa Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya Fenthion, Dipel (Thuricide).
Jika dilihat dari cara kerjanya, maka peran pestisida dapat dibedakan menjadi tiga kelompok dalam peranannya membunuh hama yaitu racun perut, racun kontak dan racun gas.
Racun perut.
Artinya mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.
Jenis pestisida dari kelompok ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.
Racun kontak.
Artinya mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida.
Jenis pestisida dari kelompok ini pada umumnya Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu pada permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.
Racun gas.
Artinya mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas. Jenis pestisida dari kelompok ini disebut juga dengan fumigant dan digunakan terbatas pada ruangan-ruangan tertutup.
Struktur kimia pestisida pada umumnya dibagi atas tiga jenis diantaranya adalah sebagai berikut.
Orgahochlorine.
Pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine. Misal : DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.
Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
Orgahoposphate.
Pestisida jenis ini mengandung unsur : P, C dan H.
Misal : tetra ethyl phyro posphate (TEPP ), Diazonin dan Basudin.
Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor.
Carbamate.
Pestisida jenis ini mengandung gugus Carbamate.
Misal : Baygon, Sevin dan Isolan.
Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
Pyretroid.
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.
Petroleum.
Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida. Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.
Dinitrofenol.
Dinitrofenol misalnya morocidho 40EC.
Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP (Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
Fumigant.
Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang mudah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
Antibiotik.
Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.
Pada umumnya pestisida bersifat kontak dan petani dianjurkan untuk menghindari kontak secara langsung saat melakukan penyemprotan dilapangan.
Karena sifat dari jenis racun tertentu dapat berpotensi menimbulkan keracunan yang sangat cepat.
Oleh sebab itulah menggunakan perlengkapan penyemprotan sangat dianjurkan.
Karena dapat mengurangi risiko iritasi pada kulit dan terhirupnya embun pestisida.
Jenis pelengkapan pelindung diri yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1). Alat pelindung kepala dengan topi atau helm kepala.
2). Alat pelindung mata, kacamata diperlukan untuk melindungi mata dari percikan, partikel melayang, gas-gas, uap, debu yang berasal dari pemaparan pestisida.
3). Alat pelindung pernafasan adalah alat yang digunakan untuk melindungi pernafasan dari kontaminasi yang berbentuk gas, uap, maupun partikel zat padat.
4). Pakaian pelindung, dikenakan untuk melindungi tubuh dari percikan bahan kimia yang membahayakan.
5). Alat pelidung tangan, alat ini biasanya berbentuk sarung tangan, untuk keperluan penyemprotan sarung tangan yang digunakan terbuat dari bahan yan kedap air serta tidak bereaksi dengan bahan kimia yang terkandung dalam pestisida.
6). Alat pelindung kaki, biasanya berbentuk sepatu dengan bagian atas yang panjang sampai dibawah lutut, terbuat dari bahan yang kedap air, tahan terhadap asam, basa atau bahan korosif lainnya.
Kesimpulan.
Pestisida yang termasuk ke dalam golongan organofosfat antara lain : Azinophosmethyl, Chloryfos, Demeton Methyl, Dichlorovos, Dimethoat, Disulfoton, Ethion, Palathion, Malathion, Parathion, Diazinon, Chlorpyrifos.
Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimulasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi saraf pusat maupun perifer. Gejala awal seperti salivasi, lakrimasi, urinasi dan diare (SLUD) terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
Hasil pemeriksaan aktifitas kholinesterase darah dapat digunakan sebagai penegas (konfirmasi) terjadinya keracuan pestisida pada seseorang. Sehingga dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan juga merupakan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya aktifitas kholenisterase darah. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida adalah faktor dalam tubuh (internal) dan faktor dari luar tubuh (eksternal). Pengetahuan tentang pestisida yang disertai dengan praktek penyemprotan akan dapat menghindari petani saat menyemprot dari keracunan.
Saran.
Pada saat pelaksanaan penyemprotan banyak terjadi kasus keracunan, oleh sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang lengkap setiap melakukan penyemprotan, agar tidak melawan arah angin atau tidak melakukan penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakaian alat semprot yang baik dapat menghindari terjadinya keracunan.
Demikianlah sedikit informasi mengenai pestisida.
Semoga bermanfaat dan sukses.
Sekian dan terimakasih.
No comments:
Post a Comment