25 November, 2016

Penjelasan Asam absisat

      Asam absisat merupakan molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) termasuk salah satu dari  hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott.
Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat bila disingkat menjadi ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut.
Jika pada tanaman kapas yang tahan akan kadar garam tinggi. Maka ditemukannya peningkatan konsentrasi ABA pada bagian akar, daun dan xilem.
Asam absisat sangat berperan penting pada awal (inisiasi) dormansi biji.
Karena dalam keadaan dorman atau "istirahat" tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologisnya berhenti sementara.
Proses dormansi biji seperti ini sangat penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang belum dikehendaki.
Karena hal ini sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwi musim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panas panjang.
Oleh sebab itulah tumbuhan menghasilkan ABA yang berguna untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan.
ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi tantangan terhadap lingkungan seperti kekeringan.
Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkan tekanan osmotik kedalam sel dan menyebabkan turgor sel.
Akibatnya dapat mencegah kehilangan cairan tumbuhan yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata.
Selain itu ABA juga dapat mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin dan dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar untuk menghadapi kekeringan.
Kemudian ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.
Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar untuk menghadapi musim dingin, kemudian ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder, maka hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.
Selain itu ABA juga akan menghambat pembelahan sel pembuluh kambium.

     Biosintesis ABA  biasanya dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas.
Terdapat dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP).
Secara tidak langsung ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15 yaitu farnesil difosfa.

     Transportasi atau pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan arah pergerakannya dapat naik ataupun turun. Sebab transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi).
Pada tumbuhan tertentu biasanya terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Kemudian Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.

      Semoga bermanfaat dan sukses.

No comments: